MAKALAH MODEL INQUIRY
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahi
rabbil ‘alamin, rasa syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
kemurahan, rahmat serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Model Pembelajaran Inquiry” meskipun banyak hambatan yang kami alami
dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Makalah
ini diajukan untuk memenuhi Tugas Strategi Belajar Mengajar Fisika. Kami
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyelesaian makalah
ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Dwi
Agus Kurniawan, S. Pd., M. Pd. selaku dosen pengampu yang telah memberikan
tugas ini serta memberikan pengarahan kepada kami sehingga terwujud makalah
ini.
2.
Teman
– teman kami terima kasih atas semangat, dorongan dan bantuannya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan makalah ini sangat kami harapkan.
Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat
dalam usaha pengembangan wawasan serta meningkatkan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.
Jambi,
November 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Kenyataan yang terjadi bahwa dalam proses
pembelajaran di kelas, siswa diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal
informasi. Siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi dan mengaplikasikan informasi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan ketika anak lulus sekolah, mereka
hanya pintar secara teoritis tetapi sangat miskin aplikasi.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana
merancang suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi
yang akan dicapai, karena tidak semua tujuan dapat tercapai hanya dengan satu
strategi tertentu. Kemajuan teknologi informasi di era globalisasi saat ini
menuntut guru untuk mengubah paradigma tentang mengajar yaitu dari sekedar
menyampaikan materi pelajaran menjadi aktivitas menyampaikan materi pelajaran
menjadi aktivitas mengatur lingkungan agar siswa belajar.
Pada umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan daripada secara
aktif mencari untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep fisika.
Ada juga sebagian siswa yang sangat faham pada konsep-konsep fisika, namun
tidak mampu mengaplikasikan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
menjadikan materi fisika menjadi lebih menarik, maka guru harus mampu mengambil
suatu kebijakan yaitu dengan perbaikan metode mengajar sehingga kompetensi
belajar yang diharapkan akan tercapai dengan baik, sebab dengan menggunakan
metode pembelajaran yang tepat akan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran
di kelas. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
fisika adalah model pembelajaran inquiry. Model pembelajaran inquiry cocok
digunakan pada materi-materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Model
inquiry dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata dan mendorong siswamembuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan materi yang diberikan dapat lebih bermakna
bagi siswa. Untuk itu penulis akan membahas tentang model pembelajaran inquiry.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui pengertian model pembelajaran inquiry.
2.
Untuk
mengetahui prinsip-prinsip model pembelajaran inquiry.
3.
Untuk
mengetahui Tujuan model pembelajaran inquiry.
4.
Untuk
mengetahui langkah-langkah model pembelajaran inquiry.
5.
Untuk
mengetahui macam-macam model pembelajaran inquiry
6.
Untuk
mengetahui karakteristik model pembelajaran inquiry.
7.
Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran inquiry.
BAB II
LITERATUR
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Pengertian Inquiry
Menurut
Sani dan Syihab (2010: 17-18) model pembelajaran latihan inkuiri dikemukakan
oleh Richard Suchman. Dia menginginkan peserta didik untuk bertanya mengapa
suatu peristiwa terjadi, kemudian peserta didik melakukan kegiatan, mencari
jawaban, memproses data secara logis, sampai akhirnya peserta didik
mengembangkan strategi pengembangan intelektual yang dapat digunakan untuk
menemukan mengapa suatu fenomena bisa terjadi. Pada dasarnya model pembelajaran
ini mengikuti teori Suchman sebagai berikut:
·
Secara
alami pembelajar akan mencari sesuatu setelah dihadapkan dengan masalah.
·
Mereka
akan segera sadar tentang belajar mengenai strategi berfikir yang dimilikinya.
·
Penelitian
yang bersifat kerjasama akan memperkaya proses berpikir dan membantu pembelajar
untuk belajar tentang sifat tentatif dari pengetahuan, sifat selalu berkembang
dari pengetahuan, dan menghargai berbagai alternatif penjelasan mengenai suatu
hal.
Model
pembelajaran inkuiri pertama kali dikembangkan oleh Richard Suchman tahun 1962
(dalam Joyce and Well, 2009), untuk mengajar para siswa memahami proses
meneliti dan menerangkan suatu kejadian. Ia menginginkan agar siswa bertanya
mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian ia mengajarkan kepada siswa prosedur
dan menggunakan organisasi pengetahuan dan prinsip-prinsip umum. Siswa
melakukan kegiatan, mengumpulkan, dan menganalisis data, sampai akhirnya siswa
menemukan jawaban dari pertanyaan (dalam Nurdyansyah dan Fahyuni, 2016: 137).
Menurut
Nurdin dan Adriantoni (2016: 214-215) inquiry secara bahasa, berasal dari kata
dalam bahasa inggris yang berarti pertanyaan, pemeriksaan pencarian atau
penyelidikan. Adapun pengertiannya secara istilah setiap ahli memberikan
pengertian yang berbeda-beda namun mempunyai maksud yang sama. Di bawah ini
adalah beberapa pengertian para ahli tentang model pembelajaran inquiry yang
berhasil dihimpun dari berbagai sumber:
a.
Wina
Sanjaya: pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
b.
W.
Gulo: inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo, W., 2004: 25).
c.
Robert
B. Sund: inquiry adalah perluasan dari discovery yang digunakan lebih mendalam,
artinya proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi
tingkatannya, yaitu: merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan
eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan (B.
Suryosubroto: 179).
d.
Oemar
Hamalik: inquiry adalah suatu strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa di
mana siswa secara berkelompok dihadapkan pada suatu persoalan atau pertanyaan
untuk kemudian mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut melalui
suatu prosedur dan stuktur kelompok yang jelas (Oemar Hamalik, 1999: 119).
Proses
pembelajaran dalam bentuk inquiry, yaitu membangun pengetahuan/ konsep yang
bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian
membangun teori atau konsep. Inquiry bersinonim dengan riset atau investigasi.
Pembelajaran berbasis inquiry adalah strategi mengajar yang mengkombinasikan
rasa ingin tahu peserta didik dan metode ilmiah. Kemampuan bertanya dan
keberanian mengungkap pertanyaan menjadi bagian penting dalam penerapan
strategi ini. Inquiry dapat dimulai dengan pertanyaan “Apa?” atau “Bagaimana?”
untuk membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap suatu gejala alam
ataupun sosial (Yamin dan Maisah, 2012: 159-162).
Menurut Joyce,
dkk. (2009) model pembelajaran inkuiri ilmiah adalah model pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam masalah penelitian yang benar-benar asli dengan
menghadapi siswa di bidang investigasi, membantu untuk mengidentifikasi masalah
konseptual atau metodologis. Hal ini terdapat pada:
According to
Joyce, et al in Hutahaean, et al (2017: 31) that the scientific inquiry learning model is a
learning model that involves students in truly original research problems by
confronting students in the field of investigation, helping to identify
conceptual or methodological problems.
Model
pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang menekankan pada
aktivitas siswa selama pembelajaran dan peran guru sebagai pembimbing. Model
pembelajaran inkuiri menurut Gulo (2007) adalah suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari
dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga siswa
dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran yang
ingin dicapai dalam pembelajaran dengan menggunakan model inquiry tidak hanya penguasaan
konsep, tetapi juga proses dalam mencapai penguasaan pengetahuan dan juga
keterampilan yang dapat memberikan bekal bagi peserta didik dalam menghadapi
kehidupannya (Andiasari, 2015: 16).
Pembelajaran
inkuiri menurut Joyce dan Weil adalah pembelajaran yang dapat membantu
pengembangan, antara lain: literasi sains, memahami proses pemahaman saintifik
dari konsep, berpikir kritis dan sikap positif, penasaran, dan merangsang
kegiatan berpikir siswa (dalam Susanto, 2013). Dalam proses belajar melalui kegiatan
pembelajaran, pertanyaan pada akhirnya akan menghasilkan sikap ilmiah, seperti
menghormati ide orang lain, terbuka dengan ide-ide baru, berpikir kritis, jujur
dan kreatif (Marbach & Classen, 2011). Melalui pembelajaran inkuiri,
anak-anak akan menjadi pembelajar mandiri dengan rasa ingin tahu mereka dan
mengeksplorasi sesuatu dengan bimbingan guru sehingga inkuiri dapat digunakan
untuk melaksanakan pembelajaran aktif (Soetjipto, 2001). Hal ini terdapat pada:
In
Adiasti, et al (2016: 46) that learning
inquiry according to Joyce and Weil is learning that can help the development
of, among other things: scientific literacy, understanding the processes of
scientific understanding of the concepts, critical thinking and a positive
attitude, curious, and stimulates
students thinking activities (in Susanto, 2013). In the process of
learning through learning activities inquiry will eventually produce scientific
attitudes, such as respect for other people's ideas, open with new ideas,
critical thinking, honest and creative (Marbach & Classen, 2011).
Through
theinquiry learning, children will become independent learners with their
curiosity and explore something with the guidance of teachers so inquiry can be
used to implement active learning (Soetjipto, 2001).
Inkuiri adalah
kegiatan multifaset yang melibatkan: melakukan pengamatan; mengajukan
pertanyaan; memeriksa buku dan sumber informasi lain untuk melihat apa yang
sudah diketahui; investigasi perencanaan; meninjau kembali apa yang sudah
diketahui dalam terang bukti eksperimental; menggunakan alat untuk
mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data; mengusulkan jawaban,
penjelasan dan prediksi; dan mengkomunikasikan hasilnya. Hal ini terdapat pada:
Inquiry is a
multifaceted activity that involves: making observations; posing questions;
examining books and other sources of information to see what is already known;
planning investigations; reviewing what is already known in the light of
experimental evidence; using tools to gather, analyse and interpret data;
proposing answers, explanations and predictions; and communicating the results
(Avsec and Kocijancic, 2014: 1437).
Pembelajaran
berbasis inkuiri (IBL) telah digunakan secara luas dalam sains selama
bertahun-tahun. Sudah diterima secara luas bahwa ilmu pembelajaran berarti
menyelidiki dan mengeksplorasi ketika mengembangkan hipotesis. IBL adalah
praktik pembelajaran di mana siswa mengeksplorasi konten dengan berpose,
menyelidiki, dan menjawab pertanyaan. Siswa berada di pusat pengalaman belajar
dan mengambil kepemilikan pembelajaran mereka sendiri. Mereka sering bekerja
secara mandiri dan dalam kelompok kolaboratif kecil. Sebagai Mahavier dkk.
menyatakan, di ruang kelas IBL, "instruktur memainkan peran pelatih,
mentor, kolaborator, panduan, dan pemandu sorak sesekali". Lebih spesifik
lagi, peran guru dalam IBL adalah membimbing siswa dan mempromosikan pemikiran
dan rasa ingin tahu. Ini mengambil perencanaan terencana untuk mengelola banyak
penyelidikan siswa secara bersamaan. Guru memantau perkembangan setiap siswa
dan memberikan umpan balik segera. IBL tidak menunjukkan bimbingan yang kurang
dari guru, melainkan memberikan instruksi sedemikian rupa sehingga siswa
membangun makna mereka sendiri. Guru berfungsi sebagai fasilitator yang
merencanakan, menghasut, dan mengamati proses belajar siswa. Saat ini, ada
banyak definisi IBL dan berbagai pendekatan. Akademi Pembelajaran Berbasis
Inkuiri menyatakan bahwa IBL melibatkan siswa dan mengharuskan mereka untuk:
memecahkan masalah, berspekulasi, bereksperimen, mengeksplorasi, membuat, dan
berkomunikasi. Hal ini terdapat pada:
Inquiry-based
learning (IBL) has been employed extensively in science for many years. It is
widely accepted that learning science means investigating and exploring when
developing a hypothesis. IBL is an instructional practice where students
explore content by posing, investigating, and answering questions. Students are
at the center of the learning experience and take ownership of their own
learning. They often work independently and in small collaborative groups. As
Mahavier et al. state, in an IBL classroom, “the instructor plays the role of
coach, mentor, collaborator, guide, and occasional cheerleader”. More
specifically, the teacher’s role in IBL is to guide students and promote thinking
and curiosity. This takes purposeful planning to manage multiple student
investigations simultaneously. Teachers monitor the progress of each student
and provide immediate feedback. IBL does not indicate less guidance from the
teacher, but rather delivers instruction in such a way that the student
constructs their own meaning. The teacher serves as the facilitator who plans,
instigates, and observes the student learning process. Currently, there are
many definitions of IBL and a variety of approaches. The Academy of
Inquiry-Based Learning states that IBL engages students and requires them to:
solve problems, conjecture, experiment, explore, create, and communicate
(Caswell and LaBrie, 2017: 162-163).
Menurut
Trowbridge & Bybee dalam Mustachfidoh, dkk. (2013) Pembelajaran inkuiri
merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa, kelompok-kelompok
siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan melalui suatu prosedur yang telah direncanakan secara
jelas. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat
membantu siswa untuk mengintegrasikan konsep-konsep yang telah mereka ketahui
sebelumnya dengan peristiwa-peristiwa yang mereka amati di laboratorium.
Pembelajaran inkuiri juga dapat mengubah miskonsepsi yang dialami siswa menjadi
konsep ilmiah.
Inkuiri telah
digambarkan sebagai metode pengajaran yang berpusat pada siswa, aktivitas
langsung dengan penemuan (Uno, 1990). Yang penting, pendidik bertindak sebagai
fasilitator kegiatan pembelajaran, mempromosikan diskusi dan bimbingan siswa
daripada mengarahkan kegiatan (Herron, 2009; Uno, 1990; Wood, 2009).
Pembelajaran berbasis pertanyaan mendorong perkembangan pembelajar mandiri,
dengan mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.
Berdasarkan prinsip-prinsip metode ilmiah, siswa pembelajaran berbasis inkuiri
mengamati fenomena Anda, menyintesis pertanyaan penelitian, menguji
pertanyaan-pertanyaan ini secara berulang dan akhirnya menganalisis dan
mengkomunikasikan temuan mereka (Uno, 1990; Weaver, Russell, & Wink 2008)
Pembelajaran ini diarahkan oleh siswa dengan pendidik memberikan peran yang
mendukung. Tingkat masukan dari pendidik tergantung pada tingkat penyelidikan.
Dalam pertanyaan terbuka siswa secara mandiri merumuskan pertanyaan untuk
penelitian sementara dalam inkuiri terbimbing pendidik memberikan bimbingan
dengan konstruksi pertanyaan (Weaver et al., 2008). Meskipun berdasarkan metode
ilmiah, pembelajaran berbasis inkuiri adalah metode pengajaran yang harus
dipertimbangkan dalam disiplin lain karena mendukung pengembangan siswa yang
bertanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Hal ini terdapat pada:
Inquiry has
been described as a teaching method which combines student-centred, hands-on
activities with discovery (Uno, 1990). Importantly, the educator acts as a
facilitator of the learning activity, promoting student discussion and
providing guidance rather than directing the activity (Herron, 2009; Uno, 1990;
Wood, 2009). Inquiry-based learning fosters the development of independent
learners, by encouraging students to take responsibility for their own
learning. Based on the principles of the scientific method, in inquiry-based
learning students observe a phenomenon, synthesise research questions, test
these questions in a repeatable manner and finally analyse and communicate
their findings (Uno, 1990; Weaver, Russell, & Wink, 2008). The learning is
directed by the student with the educator providing a supportive role. The
level of input from the educator depends on the level of inquiry. In
open-inquiry students independently formulate a question to research while in
guided-inquiry the educator provides guidance with the construction of a
question (Weaver et al., 2008). Although based on the scientific method, inquiry-based
learning is a teaching method which should be considered in other disciplines
as it supports the development of students who are responsible for their own
learning (in Smallhorn, et al, 2015: 66).
2.1.2 Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Pardede
dan Manurung (2016: 3) model pembelajaran inquiry training terdapat tiga
prinsip kunci, yaitu pengetahuan bersifat tentatif, manusia memiliki sifat
ingin tahu yang alamiah, dan manusia mengembangkan individual secara mandiri.
Prinsip pertama menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip
kedua mengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi, dan yang ketiga
kemandirian, akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.
Dalam
penggunaan model inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh
guru menurut Sanjaya (dalam Tim Dosen, 2015: 47-48), yaitu:
a.
Berorientasi
pada Pengembangan Intelektual
Tujuan
utama model inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian
selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
Maka kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran bukan ditentukan oleh
sejauhmana siswa dapat menguasai materi pelajaran, tetapi sejauhmana siswa
beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
b.
Prinsip
Interaksi
Proses
pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa
maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan
lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur
interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa
mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
c.
Prinsip
Bertanya
Peran
guru yang harus dilakukan dalam model inkuiri adalah guru sebagai penanya.
Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah
merupakan sebagian dari proses berpikir.
d.
Prinsip
Belajar untuk Berpikir
Belajar
bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berpikir (learning how to think), yaitu proses mengembangkan potensi seluruh
otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
e.
Prinsip
Keterbukaan
Belajar
adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan, oleh sebab itu siswa perlu
diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang
bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai
hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan
ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan
secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
2.1.3 Tujuan Model Pembelajaran Inquiry
Model pelatihan
inkuiri (inkuiri) dirancang untuk mengajarkan siswa bagaimana mempelajari
proses penyelidikan dengan mengajukan pertanyaan dan mengembangkan hipotesis
mengenai masalah yang membingungkan, yang disebut "kejadian yang tidak
sesuai". Penyelidikan adalah model pengajaran dalam keluarga pemrosesan
informasi. Model ini mengkhususkan dalam penalaran kausal yang membantu siswa
mempertajam keterampilan inkuiri ilmiah mereka. Model pemrosesan informasi
membantu siswa untuk memahami dunia mereka dengan memperoleh dan mengatur data,
mengidentifikasi masalah, dan menghasilkan solusi. Hal ini terdapat pada:
The inquiry
training model (inquiry) is designed to teach students how to learn an inquiry
process by asking questions and developing hypotheses concerning a puzzling
problem, called a "discrepant event." Inquiry is a model of teaching
in the information processing family. This model spe- cializes in causal
reasoning that helps students sharpen their scientific inquiry skills.
Information processing models assist students to make sense of their world by
acquiring and organizing data, identifying prob- lems, and generating solutions
(Queen, 2009: 152).
Menurut Uno
dalam Indahwati (2012: 259-260) model ini bertujuan untuk melatih kemampuan
siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah secara
ilmiah. Model inquiry training juga sangat penting untuk mengembangkan nilai
dan sikap dalam berpikir ilmiah. Ini tergambar dalam lima tahapannya yang
terdiri dari (1) menyampaikan masalah; (2) mengumpulkan data dan verifikasi;
(3) mengumpulkan data dan eksperimen; (4) merumuskan penjelasan dan (5)
menganalisa proses inquiry.
BK Passi, dkk,
telah mencantumkan hal-hal berikut sebagai tujuan Model Pelatihan Inquiry:
1.
Untuk
mengembangkan keterampilan proses ilmiah- yaitu., mengamati, mengumpulkan dan
mengatur data, mengidentifikasi dan mengendalikan variabel, merumuskan, dan
menguji hipotesis, penjelasan dan menyimpulkan di antara siswa.
2.
Untuk
mengembangkan di antara siswa strategi untuk inkuiri kreatif.
3.
Untuk
mengembangkan di antara siswa kemandirian atau otonomi dalam pembelajaran.
4.
Untuk
mengembangkan di antara siswa kemampuan untuk mentolerir ambiguitas
5.
Untuk
membuat siswa menyadari bahwa semua pengetahuan adalah tentatif
6.
Untuk
mengembangkan ekspresi verbal di kalangan siswa.
In Vanaja (1999: 39) B.K Passi, et al, have listed the following as
the objectives of Inquiry Training Model:
1.
To
develop scientific process skills-ie., observing, collecting and organising
data, identifying and controlling variables, formulating, and testing hypothesis,
explanation and inferring among students.
2.
To
develop among students the strategies for creative inquiry.
3.
To
develop among students an independence or autonomy in learning
4.
To
develop among students the ability to tolerate ambiguity.
5.
To
make students realize that all knowledge is tentative.
6.
To
develop verbal expressiveness among students.
Model
pembelajaran inkuiri ilmiah dirancang untuk membawa siswa langsung ke dalam
proses penyelidikan. Melalui model inkuiri ilmiah siswa diharapkan untuk secara
aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan
mengumpulkan dan mengolah data untuk menentukan jawaban dari pertanyaan
tersebut. Penerapan model pembelajaran inkuiri ilmiah dalam kegiatan belajar
mengajar bertujuan untuk mengembangkan pemahaman konsep sains yang lebih
mendalam dan membentuk pengetahuan ilmiah siswa. Melalui kegiatan eksperimental
siswa dapat mencoba berbagai cara untuk menyelesaikan eksperimen yang dilakukan
sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Siswa diharapkan
bertanggung jawab untuk melakukan investigasi dalam mengidentifikasi masalah,
hipotesis, merancang metode untuk membuktikan hipotesis, menganalisa mereka dan
membuat kesimpulan akhir. Hal ini terdapat pada:
According to
Joyce, et al in Hutahaean, et al (2017: 31) that the scientific inquiry learning model is
designed to bring students directly into the inquiry process. Through
scientific inquiry model the student is expected to actively ask the question
why something happened then search and collect and process the data to
determine the answer of the question. The application of scientific inquiry
instructional model in teaching and learning activities aims to develop a
deeper understanding of science concepts and shape students' scientific
knowledge. Through experimental activities students can try various ways to
complete experiments conducted so as to develop the ability to think it has.
Students are expected to be responsible for conducting investigations in
identifying problems, hypotheses, designing methods to prove hypotheses,
analyzing them and making final conclusions.
Melalui model
pembelajaran inquiry training siswa diharapkan aktif mengajukan pertanyaan
mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta memproses data
secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi intelektual yang dapat
digunakan untuk dapat menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Tujuan umum
dari model latihan inkuiri adalah membantu peserta didik mengembangkan
keterampilan intelektual dan keterampilan lainnya, seperti mengajukan
pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan
mereka (Pardede dan Manurung, 2016: 3).
2.1.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry
Joyce dan Weil
(2009) mengemukakan dalam Soni dan Syihab (2010: 18) pembelajaran model inquiry
training memiliki lima langkah pokok:
1)
Menghadapkan
pada masalah: menjelaskan prosedur penelitian, menjelaskan perbedaan-perbedaan.
2)
Pengumpulan
data (Verifikasi): memverifikasi hakikat objek dan kondisinya, memverifikasi
peristiwa dari keadaan permasalahan.
3)
Pengumpulan
data (Eksperimentasi): memisahkan variabel yang relevan, menghipotesiskan
(serta menguji) hubungan kausal.
4)
Mengolah,
memformulasikan suatu penjelasan: memformulasikan aturan dan penjelasan.
5)
Analisis
proses penelitian: menganalisis strategi penelitian dan mengembangkan yang
paling efektif.
Menurut
Nurdyansyah dan Fahyuni (2016: 149-150) langkah-langkah kegiatan model
pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:
a.
Orientasi
Pada
tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklimpembelajaran
yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
1)
Menjelaskan
topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapaioleh siswa.
2)
Menjelaskan
pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswauntukmencapai tujuan. Pada
tahap ini dijelaskan langkahlangkah inkuiri sertatujuan setiap langkah, mulai
dari langkah merumuskan merumuskan masalahsampai dengan merumuskan kesimpulan.
3)
Menjelaskan
pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukandalamrangka memberikan
motivasi belajar siswa.
b.
Merumuskan
masalah
Merumuskan
masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk
memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya,
dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban
itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui
proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c.
Merumuskan
hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap
anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa
untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai
perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
d.
Mengumpulkan
data
Mengumpulkan
data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan
potensi berpikirnya.
e.
Menguji
hipotesis
Menguji
hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data
atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis
juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
f.
Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan
kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Prosedur pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: (1)
mendeskripsikan topik, tujuan, dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai; (2)
merumuskan masalah yang dilakukan oleh siswa; (3) merumuskan hipotesis; (4)
untuk mengumpulkan data; (5) menguji hipotesis; dan (6) merumuskan kesimpulan.
Hal ini terdapat pada:
According to Adiasti, et al (2016: 46) that the procedure of inquiry learning are as follows: (1)
describe the topics, objectives and learning outcomes to be achieved; (2)
formulate the problem undertaken by students; (3) formulate hypotheses; (4) to
collect data; (5) testing the hypothesis; and (6) formulate conclusions.
Pardede dan
Manurung (2016: 3) mengemukakan bahwa model pembelajaran inquiry training
memiliki lima fase sebagai sintaks pembelajarannya:
1)
menghadapkan
pada masalah dan merumuskannya.
2)
Merumuskan
hipotesis.
3)
Mengumpulkan
data eksperimen.
4)
Mengolah
dan memformulasikan suatu data.
5)
Analisis
proses dan hasil penyelidikan.
2.1.5 Macam-macam Model Pembelajaran Inquiry
Sund dan Trow Bridge sebagaimana
dikemukakan oleh E. Mulyasa dalam Nurdin dan Adriantoni (2016: 217)
mengemukakan tiga macam model inquiry, sebagai berikut:
a.
Inquiry
terpimpin (Guide inquiry)
Siswa
memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut
biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Tahap awal pembelajaran,
bimbingan lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai
dengan pengembangan pengalaman siswa. Pelaksanaanya, sebagian besar perencanaan
dibuat oleh guru. Siswa tidak merumuskan permasalahan. Petunjuk yang cukup luas
tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru.
b.
Inquiry
bebas ( Free inquiry)
Siswa
melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Siswa harus dapat
mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak
diselidiki. Pelaksanaanya, melibatkan siswa dalam kelompok tertentu. Setiap
anggota kelompok memiliki tugas, misalnya koordinator, pembimbing teknis,
pencatatan data dan mengevaluasi proses.
c.
Inquiry
bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry)
Guru
memberikan permasalahan atau problem, selanjutnya siswa diminta untuk
memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur
penelitian (E. Mulyasa, 2004: 109).
Model pembelajaran ini ada yang guided inquiry (penyelidikan
terarah) yaitu model dimana pengajar banyak meberikan pengarahan dan petunjuk
baik lewat prosedur yang lengkap maupun pertanyaan-pertanyaan pengarah selama
proses pembelajaran. Bentuk yang lain adalah open inquiry (penyelidikan
terbuka) pada model ini pembelajar diberi kebebasan dan inisiatif untuk
memikirkan bagaimana akan memecahkan persoalan yang dihadapi (Soni dan Syihab,
2010 : 18).
2.1.6 Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Joyce dan
weil (2009) dalam Soni dan Syihab (2010: 18-19) karakteristik Model
Pembelajaran Inquiry Training (Latihan Inkuiri) meliputi sintaks, sistem
sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak pembelajaran adalah
sebagai berikut:
a.
Sintaks
Model pembelajaran latihan inkuiri ini memiliki lima fase sebagai
sintaks pembelajarannya. Adapun kelima fase tersebut adalah sebagai berikut:
Fase
1: Berhadapan
dengan masalah. Guru menjelaskan prosedur inkuiri dan menyajikan peristiwa yang
membingungkan.
Fase
2: Pengumpulan data untuk verifikasi. Menemukan sifat obyek dan
kondisi, menemukan terjadinya masalah.
Fase
3: Pengumpulan
data dalam eksperimen. Mengenali variabel-variabel yang relevan.
Fase
4: Merumuskan
penjelasan. Merumuskan aturan-aturan atau penjelasan-penjelasan.
Fase
5: Mengalisis
proses inkuiri. Menganalisis strategi inkuiri dan mengembangkannya.
Dari lima fase di atas, fase 2 dan 3 merupakan kegiatan eksplorasi
peserta didik, fase 4 adalah kegiatan elaborasi, dan pada fase 5, guru dapat
melakukan konfirmasi.
b.
Sistem
Sosial
Sistem sosial dalam model latihan inkuiri diharapkan bersifat
kooperatif. Meskipun model ini dapat sangat terstruktur dengan sistem sosial
yang dikendalikan guru, lingkungan intelektual terbuka bagi seluruh gagasan
yang relevan. Guru dan peserta didik berpartisipasi setara selama menyangkut
adanya gagasan-gagasan. Guru harus mendorong peserta didik berinkuiri
sebanyak-banyaknya. Ketika peserta didik belajar prinsip-prinsip inkuiri,
struktur dapat meluas hingga mencakup penggunaan sumber belajar, dialog dengan
peserta didik lain, melakukan percobaan, dan diskusi dengan Guru.
c.
Prinsip
Reaksi
Reaksi yang paling penting yang harus diberikan Guru adalah pada
fase kedua dan ketiga. Pada fase kedua, Guru harus membantu peserta didik
melakukan inkuiri, tetapi bukan melakukan inkuiri sendiri untuk keperluan
mereka. Apabila Guru ditanya oleh peserta didik yang tidak bisa dijawab “ya”
atau “tidak”, Guru harus meminta peserta didik menata ulang pertanyaan yang
akan diajukannya agar dapat dijawab oleh Guru “ya” atau “tidak” untuk menjaring
mereka mengumpulkan data pada masalah yang akan diselesaikan. Pada fase
terakhir, tugas Guru menjaga agar inkuiri tetap terarah pada proses
penyelidikan itu sendiri.
d.
Sistem
Pendukung
Pendukung yang paling optimal terhadap keterlaksanaan model latihan
inkuiri adalah adanya bahan-bahan yang akan digunakan pada saat Guru
menghadapkan peserta didik dengan masalah. Guru harus memahami betul proses
intelektual, strategi inkuiri, dan sumber-sumber belajar yang ada dalam sebuah
masalah.
e.
Dampak
Pembelajaran Langsung dan Iringan
Dalam penggunaannya, model ini memiliki dampak pengajaran langsung
dan iringan sebagai berikut:
![]() |
Keterangan
gambar:
Gambar 1. Dampak langsung
dan iringan model latihan inkuiri
Menurut Sanjaya (2014) dalam
Nurdyansyah dan Fahyuni (2016: 141-142), ada beberapa hal yang menjadi
karakteristik utama dalam pembelajaran inkuiri, yaitu:
1.
Inkuiri
menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untu mencari dan menemukan.
Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru
secara verbal di dalam proses pembelajaran, tetapi siswa juga berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2.
Seluruh
aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban
sendiri dan sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
sikap percaya diri (self belajar). Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri
menempatkan guru sebagai sumber belajar akan tetapi sebagai fasilitator dan
motivator belajar siswa.
3.
Tujuan
dari penggunaan inkuiri dalam pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental. Siswa tidak hanya dituntut agar
menguasai materi pelajaran dalam metode inkuiri, akan tetapi bagaimana siswa
dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya secara optimal.
Menurut
Nurdyansyah dan Fahyuni (2016: 151-152) tahapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing (guided inkuiri) yang diadaptasi dari model inkuiri disajikan pada
table di bawah ini sebagai berikut:
Table 8.2 Sintaks Model Inkuiri Terbimbing
|
Tahap
|
Aktivitas
Guru
|
|
Tahap 1
Identifikasi masalah dan melakukan
pengamatan
|
Guru menyajikan kejadian-kejadian
atau fenomena dan siswa melakukan pengamatan yang memungkinkan siswa
menemukan masalah.
|
|
Tahap 2
Mengajukan
pertanyaan
|
Guru membimbing siswa mengajukan
pertanyaan berdasarkan kejadian dan fenomena yang disajikan.
|
|
Tahap 3
Merencanakan
penyelidikan
|
Guru mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok kecil heterogen,
membimbing siswa untuk merencanakan penyelidikan, membantu menyiapkan alat
dan bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur kerja yang tepat.
|
|
Tahap 4
Mengumpulkan data/informasi dan
melaksanakan penyelidikan
|
Guru membimbing siswa melaksanakan
penyelidikan dan memfasilitasi penguumpulan data.
|
|
Tahap 5
Menganalisis
data
|
Guru membantu siswa menganalisis
data dengan berdiskusi dalam kelompoknya.
|
|
Tahap 6
Membuat
kesimpulan
|
Guru membnatu siswa dalam membuat
kesimpulan betdasarkan hasil kegiatan penyelidikan.
|
|
Tahap 7
Mengkomunikasikan
hasil
|
Guru membimbing siswa dalam
mempresentasikan hasil kegiatan penyelidikan yang telah dilakukan
|
Sintaks untuk ITM: Ini adalah rencana tindakan yang harus diikuti
oleh tancher saat menggunakan ITM di kelas. Ini dibagi menjadi lima tahap.
Tahap
1: Bertemu dengan masalah: Pada tahap ini guru menjelaskan aturan model dan
menyajikan situasi yang membingungkan atau bermasalah.
Tahap
2: Pengumpulan data-Verifikasi
Tahap
3: Pengumpulan data-Eksperimentasi
Pada
fase 2 dan 3 siswa harus mengumpulkan data untuk analisis, verifikasi dan
eksperimen. Para siswa diminta untuk mengajukan serangkaian pertanyaan
sedemikian rupa sehingga guru dapat menjawab hanya dengan 'ya atau' tidak '.
Ada tiga langkah berbeda dalam proses pengumpulan data:
(i)
Memverifikasi
sifat benda, kondisi dan sifat dan kejadian kejadian.
(ii)
Mengisolasi
variabel dan kondisi yang tidak relevan melalui eksperimen dapat berupa dua
tipe (a) verbal dan (b) manipulatif.
(iii)
Hipotesis
dan pengujian hubungan kausal melalui eksperimen.
Tahap
4: Perumusan Penjelasan: Pada fase ini siswa mencoba untuk merumuskan
penjelasan berdasarkan data yang dikumpulkan dalam Fase 2 dan 3.
Menurut
teori Suchman, bangunan berlangsung di empat tingkat:
(a)
Penyebab
linier sederhana.
(b)
Teori-teori
properti.
(c)
Analisis.
(d)
Penerapan
generalisasi.
Tahap
5: Analisis Proses Penyelidikan: Dalam fase ini para siswa menganalisis pola
pikir mereka. Mereka mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang berguna dalam
menganalisis data dan yang tidak relevan. Hal ini terdapat pada:
According to Vanaja (1999: 40) that syntax for ITM: It ls the plan
of action that a tancher has to follow while using ITM in the classroom. It is
divided Into five phases.
Phase
1: Encounter with the problem: In this phase the teacher explains the rules of
the model and presents a puzzling or problem situation.
Phase
2: Data gathering-Verification
Phase
3: Data gathering-Experimentation
In
phase 2 and 3 students have to gather data for analysis, verification and
experimentation. The students are required to ask series of questions such that
the teacher can answer by only 'yes or'no'. There are three distinct steps in
the data gathering process:
(iv)
Verifying
the nature of objects, conditions and properties and occurrence of event.
(v)
Isolating
the irrelevant variables and conditions through experimentation could be of
two-type (a) verbal and (b) manipulative.
(vi)
Hypothesizing
and testing causal relationships through experimentation.
Phase 4: Formulation of an Explanation: In this phase the students
try to formulate an explanation on the basis of the data gathered in Phases 2
and 3.
According to Suchman theory building takes place at four levels:
(a)
Simple
linear causation.
(b)
Theories
of properties.
(c)
Analysis.
(d)
Application
of a generalization.
Phase 5: Analysis of Inquiry Process: In this phase the students
analyze their patterns of thinking. They identify the questions that were
useful in analysing data and those that were irrelevant.
Penjelasan
berikut dari sintaks model pembelajaran inkuiri ilmiah menurut Joyce, dkk.,
(2009) adalah: 1) Pada tahap pertama siswa mempresentasikan bidang penelitian,
yang mencakup metodologi yang digunakan dalam penelitian. 2) Pada tahap kedua,
masalah mulai diatur sehingga siswa dapat mengidentifikasi masalah dalam
penelitian. 3) Pada tahap ketiga, siswa diminta untuk berspekulasi tentang
masalah, sehingga siswa dapat mengidentifikasi kesulitan yang terlibat dalam
penelitian. 4) Pada tahap empat, siswa diminta untuk berspekulasi tentang
cara-cara untuk memperjelas kesulitan, dengan merancang Re-test, memproses data
dengan cara yang berbeda, menghasilkan data, mengembangkan konstruksi dan
sebagainya. Tugas guru adalah membimbing, melatih, dan mendidik penelitian
dengan menekankan proses penelitian dan membujuk siswa untuk merefleksikan
prosesnya. Guru harus berhati-hati bahwa mengidentifikasi fakta bukanlah
masalah utama yang harus ditekankan dalam penelitian. Selanjutnya, hal yang
paling penting dalam hal ini adalah bagaimana guru dapat mendorong siswa untuk
menghadapi pertanyaan penelitian yang kompleks dan diteliti dengan baik. Hal
ini terdapat pada:
The following
explanation of the syntax of scientific inquiry learning model according to
joyce, et al (2009) are: 1) In the first stage students presented the field of
research, which includes the methodologies used in the study. 2) In the second
stage, the problem begins to be organized so that the student can identify the
problem in the research. 3) In the third stage, students are asked to speculate
about the problem, so that students can identify the difficulties involved in
the research. 4) In stage four, students are asked to speculate on ways to
clarify the difficulty, by designing Re-test, process data in different ways,
generate data, develop constructs and so on. Teacher's job is to guide, train,
and educate research by emphasizing the research process and persuading students
to reflect on the process. Teachers should be careful that identifying facts is
not the main issue that should be emphasized in research. Furthermore, the most
important thing in this regard is how teachers can encourage students to deal
with complex and well-researched research questions (Hutahaean, et al, 2017:
31).
2.1.7 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Inquiry
Dalam Nurdin
dan Adriantoni (2016: 218-219) model pembelajaran inquiry memiliki kelebihan
dan kekurangan. Adapun kelebihan model pembelajaran inquiry adalah sebagai
berikut:
a.
Dapat
membentuk dan mengembangkan “self concept” pada diri siswa sehingga siswa dapat
mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
b.
Membantu
dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c.
Mendorong
siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif,
jujur dan terbuka.
d.
Mendorong
siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
e.
Memberi
kepuasan yang bersifat intrinsik.
f.
Situasi
proses belajar menjadi lebih merangsang.
g.
Dapat
mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h.
Memberi
kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i.
Siswa
dapat menghindari cara-cara belajar tradisional.
j.
Dapat
memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi (Roestiyah N.K.,: 76-77).
Keuntungan dari
Inquiry dinyatakan oleh para sarjana berikut. Guru yang menggunakan
pembelajaran inkuiri dapat menghasilkan siswa yang memiliki tingkat pengetahuan
yang tinggi. (Liu, dkk, 2010). Selanjutnya, Inkuiri bisa memfasilitasi siswa
dalam meningkatkan kemampuan berpikir (Rushton, dkk, 2011). Pembelajaran
berbasis inkuiri, dapat meningkatkan keterampilan proses ilmiah dan sikap
siswa. Pembelajaran inkuiri dapat mendorong siswa untuk berpikir secara aktif
dan menarik kesimpulan (Daphne, dkk, 2009). Hal ini terdapat pada:
In Adiasti, et
al (2016: 46) the
advantages of Inquiry are expressed by the following scholars. Teachers who use
inquiry learning can produce students who have a high level of knowledge.(Liu,
et al, 2010). Next, Inquiry can facilitate students in improving thinking
ability (Rushton, et al, 2011). Inquiry-based learning, can improve scientific
process skills and students’ attitudes. Inquiry learning can encourage students
to think actively and draw conclusions (Daphne, et al, 2009).
Dampak positif
yang lain dari penerapan pembelajaran inkuiri menurut Suastra dalam
Mustachfidoh, dkk. (2013) adalah:
(1)
Berkurangnya
miskonsepsi yang dibawa siswa sebelum pembelajaran,
(2)
Peningkatan
pada kemampuan siswa untuk mengintegrasikan konstruksi pengetahuannya di
laboratorium dengan konstruksi pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Pardede
dan Manurung (2016: 3) model pembelajaran inquiry training memiliki kelebihan:
a.
Dapat
membangkitkan potensi intelektual siswa,
b.
Peserta
didik yang semula memperoleh extrinsic reward dalam keberhasilan belajar
(seperti mendapat nilai baik dari pengajar), dalam pendekatan inkuiri ini dapat
memperoleh intrinsic reward,
c.
Peserta
didik dapat mempelajari heuristik (mengolah pesan atau informasi) dari penemuan
(discovery).
Keunggulan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah efektif
untuk meningkatkan motivasi siswa. Hal ini karena siswa mempunyai tingkat
keterlibatan yang tinggi dalam proses pembelajaran, proses ini melibatkan siswa
untuk berusaha menemukan konsep atau pemahaman pada topik yang diberikan guru.
Selain itu, rasa ingin tahu siswa yang tinggi dari proses pembelajaran tersebut
(Eggen & Kauchak, 2012, p. 201). Selain memiliki keunggulan, model
pembelajaran inkuiri dapat mengakomodasi siswa dalam melatihkan keterampilan
proses sains melalui tahap pembelajaran yang dimiliki (Iswatun, dkk., 2017:
151).
Di samping memiliki beberapa kelebihan, model inquiry juga
mempunyai beberapa kekurangan. Dalam Nurdin dan Adriantoni (2016: 219) berikut
kekurangan model inquiry:
a.
Siswa
harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan
berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
b.
Keadaan
kelas di kita kenyataannya gemuk jumlah siswanya maka metode ini tidak akan
mencapai hasil yang memuaskan.
c.
Guru
dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan proses belajar mengajar gaya lama
maka metode inquiry ini akan mengecewakan.
d.
Ada
kritik, bahwa proses dalam metode inquiry terlalu mementingkan proses
pengertian saja, kurang memerhatikan perkembangan sikap dan ketrampilan bagi
siswa (Hanafiah, M., dan Cucu Suhana, M: 79).
Selain itu dalam Nurdyansyah dan Fahyuni (2016: 148-149) penggunaan
inkuiri terbimbing (guided inkuiri) juga mempunyai beberapa kelemahan antara
lain:
a.
Proses
pembelajaran membutuhkan waktu yang lebih lama.
b.
Inkuiri
terbimbing (guided inkuiri) sering bergantung pada kemampuan matematika siswa,
kemampuan bahasa siswa, ketrampilan belajar mandiri dan self-management.
c.
Siswa
yang aktif mungkin tetap tidak paham atau mengenali konsep dasar, aturan dan
prinsip, serta siswa sering kesulitan untuk membuat pendapat, membuat
hipotesis, membuat rancangan percobaan dan menarik kesimpulan.
2.2 Kajian Kritis
Inquiry
merupakan salah satu model pembelajaran untuk mendapatkan informasi, menemukan,
dan mendalami suatu konsep atau untuk memecahkan suatu permasalahan secara
sistematis, kritis, logis, analitis, dan ilmiah. Inquiry merupakan sebuah model
pembelajaran yang mempersiapkan situasi ilmiah bagi siswa untuk melakukan
eksperimen sendiri dalam asrti luas, ingin melihat apa yang terjadi, dan
mencari jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Tujuan utama model
inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual
dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan
mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
Adapun
prinsip model pembelajaran inquiry yaitu:
1.
Berorientasi
pada Pengembangan Intelektual
Tujuan
utama model inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian
selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
2.
Prinsip
Interaksi
Proses
pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa
maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan
lingkungan.
3.
Prinsip
Bertanya
Peran
guru yang harus dilakukan dalam model inkuiri adalah guru sebagai penanya.
4.
Prinsip
Belajar untuk Berpikir
Belajar
bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berpikir (learning how to think), yaitu proses mengembangkan potensi seluruh
otak.
5.
Prinsip
Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan, oleh
sebab itu siswa perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan
perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.
Pembelajaran
melalui proses penyelidikan akhirnya sampai kepada isi pengetahuan itu sendiri.
Jadi, tujuan umum dari model latihan inkuiri adalah membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan-keterampilan lainnya,
seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban yang berawal dari
keingintahuan mereka.
Secara umum, langkah-langkah model pembelajaran inquiry sebagai
berikut :
a.
Orientasi
Langkah
orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan
proses pembelajaran.
b.
Merumuskan
masalah
Merumuskan
masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka-teki.
c.
Merumuskan
hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
b.
Mengumpulkan
data
Mengumpulkan
data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
c.
Menguji
hipotesis
Menguji
hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data
atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
d.
Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan
kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Model inquiry
terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1.
Inquiry
terpimpin (Guide inquiry)
Sebagian
besar perencanaan dibuat oleh guru. Siswa tidak merumuskan permasalahan.
Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan
oleh guru.
2.
Inquiry
bebas ( Free inquiry)
Melibatkan
siswa dalam kelompok tertentu karena siswa melakukan penelitiannya sendiri.
Setiap anggota kelompok memiliki tugas, misalnya koordinator, pembimbing
teknis, pencatatan data dan mengevaluasi proses.
3.
Inquiry
bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry)
Guru memberikan permasalahan atau problem, selanjutnya siswa
diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan
prosedur penelitian.
Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry meliputi sintaks, sistem
sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak pembelajaran.
Kelebihan model pembelajaran inquiry dapat mengembangkan konsep
yang mendasar pada diri siswa, daya ingatan siswa akan lebih baik, dan dapat
mengembangkan kreatifitas siswa dalam kegiatan belajarnya, serta melatih siswa
untuk belajar sendiri. Model inquiry ini akan dapat membantu tercapainya tujuan
pengajaran yang diinginkan oleh pengajar. Adapun kelemahan model ini adalah
bahwa para pendidik dituntut benar-benar menguasai konsep-konsep dasar, harus
pandai merangsang siswa, tujuan yang diinginkan harus benar-benar jelas serta
pendidik dituntut untuk memberi pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mengarahkan
pada tujuan.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan
uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inquiry
merupakan model pembelajaran student centered, di mana guru melibatkan
kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan
secara sistematik, yang meliputi kegiatan bertanya, merumuskan permasalahan,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan,
berdiskusi dan berkomunikasi. Dengan demikian, siswa menjadi lebih aktif dan guru
hanya berusaha membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil
berpikir karena mereka mengalami keterlibatan secara mental dan terampil secara
fisik. Model ini memiliki sintak yang sesuai dengan pembelajaran saintifik
yaitu mengamati, menanya, mencoba, menganalisis dan mengkomunikasikan, namun
bukan berarti model yang lain tidak dapat digunakan.
Yang utama dari
model pembelajaran inquiry adalah mengunakan pendekatan induktif dalam
menemukan pengetahuan dan berpusat kepada keaktifan siswa. Jadi bukan
pembelajaran yang berpusat pada guru, melainkan kepada siswa. Itulah sebabnya
model pembelajaran ini sangat dekat dengan prinsip kontruktivistik, di mana
pengetahuan itu dikontruksi oleh siswa. Inti dari model pembelajaran ini adalah
isi dan proses penyelidikan diajarkan bersama dalam waktu bersamaan. Siswa
melalui proses penyelidikan akhirnya sampai kepada isi pengetahuan itu sendiri.
Dalam
praktiknya, kita sebagai guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran
yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Dalam memilih model
pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi
bahan ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya dimulai daripembenahan
kemampuan guru. Salah satu kemampuan yang harusdimiliki guru adalah bagaimana
merancang suatu model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi
yang akan dicapai, karena tidak semua tujuan dapat tercapai hanya dengan satu
strategi tertentu.
Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah mendorong siswa untuk
dapat mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan berpikir dengan
memberikan pertanyaan–pertanyaan. Model pembelajaran inkuiri menekankan kepada
proses mencari dan menemukan. Peran siswa dalam model ini adalah mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator
dan pembimbing siswa untuk belajar. Model pembelajaran inkuiri cocok digunakan
pada materi–materi yang dekat dengan kehidupan sehari – hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Adiasti, N., et
al. 2016. The Implementation of Inquiry Learning With Setting Cooperative
Model Type Group Investigation to Enhance Activity and Learning Outcomes for
the Fifth Grade Students. IOSR Journal of Research & Method in
Education (IOSR-JRME) e-ISSN:
2320–7388,p-ISSN: 2320–737X, 6(3), pp. 6-50.
Andiasari,
Liena. 2015. Penggunaan Model Inquiry dengan Metode Eksperimen dalam
Pembelajaran IPA di SMPN 10 Probolinggo. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan
Pendidikan ISSN: 2337-7623; EISSN: 2337-7615, 3(1), hal. 15-20.
Avsec, S. and
Kocijancic, S. 2014. Effectveness of Inquiry-Based Learning: How do Middle
School Students Learn to Maximise the Efficacy of a Water Turbine?.
International Journal of Engineering Education, 30(6), pp. 1436-1449.
Caswell, C.J.
and LaBrie, D. J. 2017. Inquiry Based Learning from the Learner’s Point of
View: A Teacher Candidate’s Success Story. Journal of Humanistic
Mathematics, 7(2), pp. 161-186.
Hutahaean, R.,
et al. 2017. The Effect of Scientific Inquiry Learning Model Using
Macromedia Flash on Student’s Concept Understanding and Science Process Skills
in Senior High School. IOSR Journal of Research & Method in Education
(IOSR-JRME) e-ISSN: 2320–7388,p-ISSN:
2320–737X, 7(4), pp. 29-37.
Indahwati, dkk.
2012. Penerapan Model Inquiry Training Melalui Teknik Peta Konsep Dan Teknik Puzzle Ditinjau Dari Tingkat Keberagaman Aktivitas
Belajar Dan Kemampuan Memori. Jurnal
Inkuiri ISSN: 2252-7893, 1(3), hal. 258-265.
Iswatun, dkk.
2017. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan KPS
dan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN
2406-9205 (print), ISSN 2477-4820 (online), 3(2), hal. 150-160.
Mustachfidoh,
dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar Biologi
Ditinjau Dari Inteligensi Siswa SMA
Negeri 1 Srono. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Program Studi Pendidikan Sains,
3.
Nurdin,
Syafruddin dan Adriantoni. 2016. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Rajawali Pers.
Nurdyansyah dan
Fahyuni, E. Fariyatul. 2016. Inovasi Model Pembelajaran: Sesuai Kurikulum
2013. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.
Pardede, D. M.
dan Manurung, S. R. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan
Motivasi terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
p-ISSN 2252-732X e-ISSN 2301-7651, 5(1), hal. 1-6.
Queen, J.
Allen. 2009. The Block Scheduling Handbook. United States of America:
Corwin Press.
Sani, R.A. dan
Syihab, MZAT. 2010. Pengaruh Pembelajaran Inquiry Training (Latihan Inkuiri)
Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Beringin.
Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika ISSN 2085-5281, 2(2), hal. 16-22.
Smallhorn, M.,
et al. 2015. Inquiry-Based Learning to Improve Student Engagement in A Large
First Year Topic. Student Success ISSN:
2205-0795, 6(2), pp. 65-71.
Tim Dosen.
2015. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI Sumedang
Press.
Vanaja, M.
1999. Inquiry Training Model. New Delhi: Discovery Publishing House.
Yamin, Martinis dan Maisah. 2012. Orientasi Baru Ilmu Pendidikan.
Jakarta: Referensi. 
Komentar
Posting Komentar