MAKALAH KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
MAKALAH PENGELOLAAN LABORATORIUM
“KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM”

Dosen
Pengampu : Rahmadani, S.Pd., M.Pd
KELOMPOK
4
1. Dany
Tri Krismawanti (A1C317001)
2. Sri Sukma Ajeng Ningtyas (A1C317003)
3. Alexander
Yudha Abimantara (A1C317029)
4. Irene Fannysah Naibaho (A1C317065)
5. Nur Sela Felia Sari (A1C317057)
6. Dinda Aura Natasya (A1C317077)
7. Rini Siski Fitriani (RSAC1317009)
PRODI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PNEDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah mengizinkan penulis untuk membuat sebuah makalah
Pengelolan laboratorium tentang keselamatan kerja laboratorium karena
ridhanya lah penulis dapat menerbitkan makalah ini.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan
terima kasih kepada Allah SWT dan dan dosen pengampu ibu Rahmadani, S.Pd.,M.Pd. dan orang-orang yang
telah mendukung.
Dalam
penulisan makalah ini penulis mendapatkan banyak ilmu pengetahuan yang baru,
dan penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu masukan dan saran sangat penulis perlukan untuk makalah ini.
Penulis
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan
jadi pedoman bagi yang membacanya.
Wallahu a’lam bi
al-shawab
Jambi, November 2018
PENULIS
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………….. i
Daftar Isi…………………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang…………………………………………………………….. 1
1.2
Rumusan Masalah…………………………………………………………. 3
1.3
Tujuan……………………………………………………………………… 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Keselamatan Kerja Pada Laboratorium……………………….. 4
2.2 Jenis
Bahaya Pada Percobaan Fisika……………………………………… 4
2.3 Tata
Tertib Guru dan Siswa Dalam Labortorium…………………………. 8
2.4 Kontrak
Keselamatan Dalam Laboratorium……………………………… 15
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan……………………………………………………………….. 17
3.2
Saran…………………………………………………………………….... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laboratorium adalah suatu tempat
dimana mahasiswa atau Praktikan, dosen, dan peneliti melakukan percobaan.
Bekerja di laboratorium kimia tak akan lepas dari berbagai kemungkinan
terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan kimia baik yang bersifat sangat berbahaya
maupun yang bersifat berbahaya. Selain itu, peralatan yang ada di dalam
Laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak jarang berisiko tinggi
bagi Praktikan yang sedang melakukan praktikum jika tidak mengetahui cara dan
prosedur penggunaan alat yang akan digunakan .
Oleh karena itu, diperlukan
pemahaman dan kesadaran terhadap keselamatan dan bahaya kerja
dilaboratorium.Telah banyak terjadi kecelakaan ataupun menderita luka baik
yang bersifat luka permanen, luka ringan, maupun gangguan kesehatan dalam yang
dapat menyebabkan penyakit kronis maupun akut, serta kerusakan terhadap
fasilitas – fasilitas dan peralatan penunjang Praktikum yang sangat mahal
harganya. Semua kejadian ataupun kecelakaan kerja di laboratorium sebenarnya
dapat dihindari dan diantisipasi jika para Praktikan mengetahui dan selalu
mengikuti prosedur kerja yang aman di laboratorium.
Keselamatan dan
kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
Pelaksanaan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
1
Keamanan laboratorium merupakan hal yang
penting, sebagai upaya keselamatan dalam melaksanakan pemeriksaan/praktikum di
laboratorium, dengan tujuan melindungi pekerja/praktikan dan orang disekitarnya
dari resiko terkena gangguan kesehatan yang ditimbulkan laboratorium.
Keselamatan
kerja dalam Laboratorium Fisika Keselamatan Keselamatan kerja di laboratori
laboratorium um adalah menyangkut keselamatan keselamatan orang yang melakukan
melakukan kegi kegiat atan an di labor laborat ator orium ium dan dan kese
kesela lama mata tan n alat alat-al -alat at labor laborat ator orium ium yang
yang digu diguna nakan kanny nya. a. Kesela Keselamat matan an kerja kerja di
labora laborator torium ium perlu perlu diperh diperhati atikan kan dalam dalam
rangka rangka mencega mencegah terjadi
terjadiny inyaa kecelakaan kerja bagi orang yang melakukan kegiatan atau
perkerjaan di laboratorium dan mencegah terjadinya kerusakan alat laboratorium
yang digunakannya. Untuk mencegah terjadinya terjadinya kecelakaan kecelakaan
kerja akibat kesalahan kesalahan cara dan prosedur prosedur melakukan tata
tertib tertib laboratori pekerjaan, maka
perlu diadakan tata laboratorium um dan
pedoman kegiatan laboratorium yang yang jelas, jelas, sedangk sedangkan
an untuk untuk menceg mencegah ah terjad terjadiny inyaa kerusa kerusakan kan
alat-a alat-alat lat labora laborator torium ium akibat akibat manual pengguna
penggunaan an alat alat dan penuntun
percobaan, kesalahan kesalahan pengoperasian pengoperasian alat-alat alat-alat
maka manual harus selalu tersedia bagi setiap yang akan menggunakan alat-alat
itu. Akan tetapi, walaupun segala upaya telah dilakukan, kecelakaan kerja dan
kerusakan alat tetap bisa terjadi. Untuk
mengatasi mengatasi kecelakan kerja dan kerusakan kerusakan alat yang terjadi
maka diperlukan alat keselamatan, dan alat-alat untuk perbaikan.
2
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa saja jenis bahaya pada percobaan fisika ?
2. Bagaimana tata tertib guru dan siswa di dalam
laboratorium ?
3. Apa saja yang terdapat dalam kontrak keselamatan
kerja laboratorium ?
4. Bagaimana prosedur bekerja yang aman di
laboratorium ?
1.3 Tujuan
1.Dapat mengetahui jenis bahaya pada percobaan fisika
2. Dapat mengetahui tata tertib guru dan siswa di
dalam laboratorium
3. Dapat mengetahui kontrak keselamatan kerja
laboratorium
4. Dapat mengetahui prosedur bekerja yang aman di
laboratorium
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Keselamatan Kerja Laboratorium
Keselamatan dan Keamanan
Kerja atau laboratory safety (K3) memerlukan perhatian khusus , karena
penelitian menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja dengan intensitas yang
mengkawatirkan yaitu 9 orang/hari . Oleh karena itu K3 seyogyanya melekat pada
pelaksanaan praktikum dan penelitian di laboratorium.
Laboratorium adalah tempat staf
pengajar, mahasiswa dan pekerja lab melakukan eksprimen dengan bahan kimia alat
gelas dan alat khusus. Penggunaan bahan kimia dan alat tersebut berpotensi
terjadinya kecelakaan kerja. Pada umumnya kecelakan kerja penyebab utamanya
adalah kelalaian atau kecerobohan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara membina dan mengembangkan kesadaran
(attitudes) akan pentingnya K3 di laboratorium.
Keselamatan
Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup (tidak
berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan
akibat yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya. Hal tersebut perlu
dijelaskan berulang ulang agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Keselamatan yg
dimaksud termasuk orang yg ada disekitarnya.
2.2 Jenis
Bahaya Pada Percobaan Fisika
Bahaya adalah sumber, situasi, atau tindakan
yang dapat berpotensi menimbulkan cidera atau penyakit atau kombinasi keduanya.
Bekerja di laboratorium mengandung bahaya
berupa kecelakaan. Kecelakaan yamg sering terjadi di laboratorium berupa
kebakaran, kesakitan, kematian dan kerugian akibat kecelakaan ataupun kerusakan
peralatan laboratorium.
4
Untuk
menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi bahaya di tempat kerja, Pengenalan
potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya
pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi.
Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari
berbagai faktor, antara lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi
bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari
pekerjaan itu sendiri; 2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya
yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari
proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir; 3)faktor
manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila
manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan
yang prima baik fisik maupun psikis.
A. Jenis-jenis Bahaya dalam
Laboratorium
Menurut Nuryani R (2005 : 142)
jenis-jenis bahaya dalam laboratorium diantaranya adalah ;
a.
Kebakaran,
sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar seperti pelarut
organik, aseton, benzene, etil alcohol, etil eter, dll.
b. Ledakan,
sebagai akibat reaksi eksplosif dari bahan-bahan reaktif seperti oksidator.
c.
Keracunan
bahan kimia yang berbahaya, seperti arsen, timbal, dll.
d. Iritasi
yaitu peradangan pada kulit atau saluran pernapasan dan juga pada mata sebagai
kontak langsung dengan bahan-bahan korosif.
e.
Luka pada
kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu dll
f.
Sengatan
listrik.
5
B. Beberapa sumber bahaya
dalam percobaan fisika di laboratorium dapat dikategorikan sebagai berikut
:
a. Aliran Listrik
Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan kemungkinan-kemungkinan
untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang harus diperhatikan
antara lain:
(1). Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik
jika penggunaan melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.
(2). Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar
keamanan dari peralatan.
(3). Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat
diperlukan untuk menghindari kecelakaan kerja.
(4) Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkerjaan yang
memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air. Begitu juga
dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan peralatan listrik.
(5). Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar
tidak membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan keterangan tentang
spesifikasi peralatan yang telah direparasi.
(6). Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik
maupun isolator sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif bahan kimia dapat
menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.
(7). Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah
meledak. Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang
mudah terbakar.
6
(8). Pengoperasian suhu dari peralatan
listrik akan memberikan pengaruh pada bahan isolator listrik. Temperatur sangat
rendah menyebabkan isolator akan mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat
dari bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik digunakan pada suhu di
bawah 0 ºC. Karet silikon dapat digunakan pada suhu –50 ºC. Batas maksimum
pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan. Bahan isolator dari polivinil
clorida dapat digunakan sampai pada suhu 75 ºC, sedangkan karet silikon
dapat digunakan sampai pada suhu 150 ºC.
b. Keracunan
Keracunan akibat penyerapan zat kimia beracun (toxic) baik melalui oral maupun kulit. Keracunan dapat bersifat akut atau kronis. Akut artinya dapat memberikan akibat yang dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu singkat. Misalnya, keracunan fenol dapat menyebabkan
diare dan keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan
pingsan
atau kematian dalam waktu singkat.
Kronis artinya pengaruh dirasakan setelah waktu yang
lama, akibat
penyerapan bahan kimia yang terakumulasi terus menerus. Contoh
menghirup
udara benzena, kloroform, atau karbon tetraklorida terus menerus dapat menyebabkan sakit hati (lever). Uap timbal dapat menyebabkan
kerusakan
dalam darah.
c. Api
Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam
berbagai variasi penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan atau
analisis. Cairan mudah terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau
industri adalah hidrokarbon. Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut
organik seperti aseton, benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida,
toluena, heksana, dan lain-lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan
mengerti dengan informasi yang terdapat dalam Material Safety Data Sheets
(MSDS). Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya dari
setiap bahan kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang
diperkenankan untuk disimpan secara aman.
7
Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau
tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah
meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus
diberi label pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber
kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar.
Kebakaran merupakan salah satu
bahaya di laboratorium. Berdasarkan klasifikasi oleh NFPA (National Fire
Protection Agency), api dapat diklasifikasikan menjadi:
1.
Kelas A,
yaitu jenis api biasa yang berasal dari kertas, kayu, atau plastic yang
terbakar
2.
Kelas B,
yaitu jenis api yang ditimbulkan oleh zat mudah terbakar dan mudah menyala
seperti bensin, kerosin, pelarut organic umum yang digunakan di laboratorium.
3.
Kelas C,
yaitu jenis api yang timbul dari peralatan listrik
4.
Kelas D,
yaitu jenis api yang timbul dari logam mudah menyala seperti magnesium,
titanium, kalium, dan natrium.
Jika terjadi kebakaran, alat pemadam
kebakaran (fire extinguisher) yang digunakan harus disesuaikan dengan
penyebab timbulnya api. Beberapa jenis pemadam kebakaran yang dapat digunakan
adalah:
1.
Air (water
extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A, tetapi tidak cocok untuk api
kelas B, C, dan D.
2.
Uap air
(watermist extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A dan C
3.
Bahan kimia
kering (dry chemical extinguisher); Sangat berguna untuk api kelas A, B,
dan C dan merupakan pilihan terbaik untuk semua jenis kebakaran.
Jenis dray chemical extinguisher yang digunakan adalah:
a) Untuk api
kelas B dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung natrium atau kalium
karbonat
b) Untuk api
kelas A, B, dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung ammonium fosfat
8
4.
Karbondioksida
(CO2 extinguisher); Dipergunakan bagi api kelas B dan C pemadaman kebakaran
dari karbondioksida lebih baik dari dry chemichhal karena tidak
meninggalkan zat berbahaya sesudahnya. Paling baik digunakan untuk api yang
berasal dari listrik.
5.
Personal
Protective Equipment (PPE); Perlengkapan pelindung individu (personal
protective equipment) yang umumnya harus digunakan adalah jas laboratorium,
sarung tangan, masker, sepatu pengaman, dan pelindung mata.
2.3 Tata tertib guru dan
siswa di dalam laboratorium
SEBELUM PRAKTIKUM
1. Siswa wajib datang tepat
waktu.
2. Siswa tidak diperkenankan
masuk ke ruang Laboratorium tanpa seizin guru.
3. Siswa diperkenankan masuk
ke ruang Laboratorium setelah semua peralatan siap
dan dalam kondisi layak digunakan.
4. Siswa yang terlambat
kurang dari 15 menit diperkenankan memasuki
Laboratorium setelah mendapat izin dari guru.
5. Siswa yang terlambat lebih
dari 15 menit tidak diperkenankan memasuki
Laboratorium (kecuali alasan tertentu).
6. Siswa tidak diperkenankan
membawa makanan/ minuman ke ruang Laboratorium,
kecuali untuk praktikum.
9
SELAMA PRAKTIKUM
1. Tidak diperkenankan
bekerja menurut kemauan sendiri
2. Tidak diperkenankan
bersendau gurau dan mengganggu teman lain yang sedang bekerja.
3. Mencoba-coba alat atau
bahan praktikum yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.
4. Dilarang mencorat-coret
bangku/ ruang laboratorium.
5. Alat-alat/ bahan praktikum
harus digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan atau sesuai anjuran guru.
6. Dalam melakukan praktikum,
hendaknya digunakan bahan yang secukupnya.
7. Jika dalam praktikum siswa
merusakkan/ memecahkan alat, maka yang bersangkutan wajib menggantinya.
8. Jika dalam praktikum
terjadi kecelakaan (kena pecahan kaca, terbakar, tertusuk, tertelan bahan
kimia) harap segera melapor kepada guru.
9. Dilarang mencicipi/
memakan sesuatu dalam praktikum kalau guru tidak menyuruh untuk melakukannya.
10. Bertanyalah pada guru apabila
kurang paham tentang praktikum yang akan dilaksanakan.
11. Label/ etiket bahan yang
rusak/ hilang harap segera dilaporkan kepada guru.
12. Jagalah kebersihan dan
buanglah sampah pada tempatnya.
13. Jagalah bermain-main selama
praktikum berlangsung.
14. Menggunakan alat-alat /
bahan-bahan kimia diluar petunjuk praktiku tanpa izin guru pembimbing
15. Mencoba-coba mencampurkan zat
-zat kimia yang tersedia tanpa seizin guru pembimbing atau yang tidak sesuai
dengan buku petunjuk praktikum
16. Membuang sampah yang tidak
larut dibak cuci sebab akan menyumbat saluran. Buanglah sampah ditempat sampah.
10
SETELAH PRAKTIKUM
1. Cuci tangan setelah
praktikum berakhir.
2. Setelah selesai praktikum,
alat-alat/ bahan hendaknya dikembalikan ke tempat semula dalam keadaan lengkap,
bersih dan siap pakai.
3. Sebelum meninggalkan ruang
Laboratorium, meja praktikum harus dalam keadaan bersih, kursi diletakkan
diatas meja, kran air dan gas ditutup rapat, kontak listrik dicabut.
4. Dilarang membawa alat-alat
dan bahan laboratorium ke luar laboratorium tanpa seijin guru atau petugas.
5. Membuat laporan sementara
(data percobaan) dan di paraf oleh guru / laboran
6. Membuat laporan lengkap
seminggu setelah percobaan dan menyerahkan kepada guru pembimbing, sebelum
pelaksanaan praktikum selanjutnya.
BAGI GURU
1. Berilah penjelasan kepada siswa sehingga siswa mau menghayati tata
tertib laboratorium bagi siswa .
2. Awasilah siswa yang sedang melaksanakan kegiatan Lab.
3. Berusahakah agar siswa penuh disiplin.
4. Siapkanlah alat dan bahan yang akan dipakai untuk kegiatan.
5. Berikanlah penjelasan setiap alat yang masih asing, mudah rusak, dan
bahan berbahaya bagi siswa.
6. Beritahukanlah pada siswa pengunaan alat listrik.
7. Usahakanlah agar laboratorium tetap bersih, tertib, rapih dan nyaman
untuk kegiatan.
8. Etiket pada botol harus benar dan jelas.
9. Berilah peringatan, petunjuk, dan larangan agar kegiatan berhasil
sesuai tujuan.
10. Alat pemadam kebakaran harus selalu siap pakai.
11. Kotak P3 K selalu tersedia dan terawat, dan guru harus mampu
menggunakan isi kotak P3K itu.
11
12. Matikanlah semua lampu yang tidak digunakan, apabila akan
meninggalkan Laboratorium.
13. Guru harus mengatur suasana kegiatan dalam laboratoraium IPA
dinamis, tidak gaduh, dan tertib.
14. Usahakan agar laboratorium digunakan sesuai dengan jadwal, dan
seefisien mungkin.
16. Menuliskan catatan penting tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan
pada buku kegiatan harian lab yang tersedia.
12

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Maka dari itu, melalui penulisan makalah
ini dapat pula kami simpulkan :
·
Keselamatan
Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup (tidak
berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan
akibat yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya. Hal tersebut perlu
dijelaskan berulang ulang agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Keselamatan yg
dimaksud termasuk orang yg ada disekitarnya.
·
Pengenalan potensi bahaya di
tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga
kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam
rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum,
potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai
faktor, antara lain faktor teknis faktor lingkungan,
dan faktor manusia.
·
Pengoperasian suhu dari
peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada bahan isolator listrik.
Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan mudah patah dan rusak.
Isolator yang terbuat dari bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik
digunakan pada suhu di bawah 0 ºC. Karet silikon dapat digunakan pada suhu –50
ºC. Batas maksimum pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan. Bahan
isolator dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu 75 ºC,
sedangkan karet silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150 ºC.
17
3.2 Saran
Melalui penulisan makalah ini
tentang Keselamata Kerja Laboratorium, maka penulis memberikan saran kepada
seluruh pembca terkhusus rekan – rekan yang ikut serta dalam kegiatan di
Laboratorium agar sekiranya dapat mengutamakan keselamatan diri sendiri dan
orang lain selama kegiatan berlangsung. Serta dianjurkan agar mendahulukan
untuk memastikan seluruh sarana dan prasarana di laboratorium terkondisi baik
sehingga aman saat di adakannya penelitian atau percobaan.
Komentar
Posting Komentar