MAKALAH KONSEP PENGAYAAN DAN KONSEP PROGRAM REMEDIAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Salah
satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah adalah melalui proses
pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam meningkatkan mutu
pembelajaran, guru diharapkan mampu mengembangkan dan memilih strategi yang
tepat demi tercapainya tujuan pembelajaran. Suasana belajar siswa sangat
tergantung pada kondisi pembelajaran dan kesanggupan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran.
Keberhasilan
suatu pembelajaran dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang
digunakan oleh guru. Jika pendekatan pembelajarannya menarik dan terpusat pada
siswa, maka motivasi dan perhatian siswa akan terbangkitkan sehingga akan
terjadi pendekan interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru kupsehingga
kualitas pembelajaran akan meningkat.
Dalam
rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi
lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaksi,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa,
kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Kendati demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa
untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut pasti dijumpai
adanya peserta didik yang mengalami kesulitan atau masalah belajar. Untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut, setiap satuan pendidikan perlu
menyelenggarankan program pembelajaran remedial atau perbaikan.
Untuk
mencapai tujuan dan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut tidak jarang pula
dijumpai peserta didik yang memerlukan tantangan berlebih untuk mengoptimalkan
perkembangan prakarsa, kreatifitas, partisipasi, kemandirian, minat, bakat,
keterampilan fisik, dsb. Untuk mengantisipasi potensi lebih yang dimiliki
peserta didik tersebt, setiap satuan pendidikan perlu menyelenggarakan program
pembelajaran pengayaan.
Remedial diperlukan bagi peserta didik yang
belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas latar
belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
Pembelajaran pengayaan merupakan
pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran
baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka
dapat mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya.
Sebelum memberikan pembelajaran remedial, terlebih dahulu
pendidik perlu melaksanakan diagnosis terhadap kesulitan belajar peserta didik.
Banyak teknik yang dapat digunakan, antara lain menggunakan tes, wawancara,
pengamatan, dan sebagainya. Setelah diketahui kesulitan belajarnya peserta
didik diberikan pembelajaran remedial. Sedangkan sebelum memberikan
pembelajaran pengayaan, terlebih dahulu pendidik perlu mengidentifikasi
kelebihan-kelebihan yang dimiliki peserta didik. Banyak teknik yang dapat digunakan,secara
umum tidak jauh berbeda dengan pembelajaran remedial, antara lain menggunakan
tes, wawancara, dan pengamatan, dan sebagainya. Setelah diketahuai kelebihan
yang dimiliki peserta didik diberikan pembelajaran pengayaan.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka
rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa
saja konsep-konsep dan bagaimana prosedur yang terdapat dalam pengayaan
2. Apa
saja konsep-konsep dan bagaimana prosedur yang terdapat dalam program remedial
1.3 Tujuan
Penulisan
Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.
Mahasiswa mengetahui bagaimana konsep
Pengayaan
2.
Mahasiswa mengetahui bagaimana konsep
program remedial
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah
agar pembaca khususnya mahasiswa atau calon tenaga didik yang belum
mengerti tentang pengayaan dan program
remedial bisa lebih tahu dan memahami konsep-konsep serta prosedur pelaksaaan
dari pengayaan dan program remedial.
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Konsep Program
Pengayaan
2.1.1
Pengertian Program Pengayaan
Program
pengayaan adalah salah satu upaya untuk membantu siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah
dimilikinya (Izzati.2015, p.57-58).
Pengayaan
merupakan program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang telah
melampaui KKM. Fokus pengayaan adalah pendalaman dan perluasan dari kompetensi
yang dipelajari. Pengayaan biasanya diberikan segera setelah peserta didik
diketahui telah mencapai KKM berdasarkan hasil PH. Pembelajaran pengayaan
biasanya hanya diberikan sekali, tidak berulang kali sebagaimana pembelajaran
remedial (Tim Direktorat Pembinaan SMP.2017, p.24-30)
Menurut
Depdiknas (2015, p.21-22) Dalam kurikulum dirumuskan secara jelas Kompetensi
Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik.
Penguasaan KI dan KD setiap peserta didik diukur dengan menggunakan sistem
penilaian acuan kriteria (PAK). Jika seorang peserta didik mencapai standar
tertentu maka peserta didik tersebut dipandang telah mencapai ketuntasan. Oleh
karena itu program pengayaan dapat diartikan :memberikan tambahan/perluasan
pengalaman atau kegiatan peserta didik yang teridentifikasi melampaui
ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum. Metode yang digunakan dapat
bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar
yang dialami peserta didik.Dalam program pengayaan, media belajar harus
betul-betul disiapkan guru agar dapat memfasilitasi peserta didik dalam menguasai
materi yang diberikan.
Dengan
memperhatikan prinsip perbedaan individu (kemampuan awal, kecerdasan,
kepribadian, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, gaya belajar) tersebut,
maka program pengayaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan/hak anak. Dalam
program pengayaan, guru memfasilitasi peserta didikuntuk memperkaya wawasan dan
keterampilannya serta mampu
mengaplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kurikulum dirumuskan secara jelas Kompetensi
Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik.
Penguasaan KI dan KD setiap peserta didik diukur dengan menggunakan sistem
Penilaian Acuan Kriteria (PAK). Jika seorang peserta didik telah berhasil
mencapai nilai yang dijadikan PAK maka peserta didik tersebut dipandang telah mencapai
ketuntasan.
Oleh karena itu, program pengayaan dapat diartikan:
memberikan tambahan/perluasan pengalaman atau kegiatan peserta didik yang
teridentifikasi melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum.
Metode yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan
sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
Dalam program pengayaan, media belajar harus betul-betul disiapkan guru agar
dapat memfasilitasi peserta didik dalam menguasai materi yang diberikan
(Ibrahim Bafadhal, 2013).
Program
pengayaan ketika peserta didik teridentifikasi telah melampaui ketuntasan
belajar yang ditentukan oleh kurikulum. Guru perlu mengantisipasi dengan
menyiapkan program-program atau aktivitas yang sesuai KD untuk memfasilitasi
peserta didik. Program pengayaan diberikan kepada peserta didik yang telah
melampaui ketuntasan belajar dengan memerlukan waktu lebih sedikit daripada
temanteman lainnya. Waktu yang masih tersedia dapat dimanfaatkan peserta didik
untuk memperdalam/memperluas atau mengembangkan hingga mencapai tahapan networking (jejaring) dalam pendekatan
ilmiah (scientific approach). Guru
dapat memfasilitasi peserta didik dengan memberikan berbagai sumber belajar,
antara lain: perpustakaan, majalah atau koran, internet, narasumber/pakar, dll.
(Depdiknas. 2013, p.21-22).
2.1.2 Mengapa
Diperlukan Program Pengayaan
Berdasarkan Permendikbud No. 54, 64, 65, 66 dan 67
Tahun 2013 pada dasarnya menganut sistem pembelajaran berbasis aktivitas atau
kegiatan, kompetensi, sistem pembelajaran tuntas, dan sistem pembelajaran yang
memerhatikan dan melayani perbedaan individual peserta didik. Dengan
memerhatikan prinsip perbedaan individu (kemampuan awal, kecerdasan,
kepribadian, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, gaya belajar) tersebut,
maka program pengayaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan/hak anak. Dalam
program pengayaan, guru memfasilitasi peserta didik untuk memperkaya wawasan
dan keterampilannya serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.3 Jenis-Jenis Program Pengayaan
Menurut
Depdiknas (2013, p.20-22) ada beberapa jenis-jenis program pengayaan, yaitu
sebagai berikut :
1) Kegiatan
eksploratori yang masih terkait dengan KD yang sedang dilaksanakan yang dirancang untuk disajikan kepada peserta
didik. Sajian yang dimaksud contohnya : bisa berupa peristiwa sejarah, buku,
narasumber, penemuan, uji coba, yang secara regular tidak tercakup dalam
kurikulum.
2) Keterampilan
proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam melakukan
pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam bentuk
pembelajaran mandiri.
3) Pemecahan
masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan belajar
lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/ penelitian ilmiah.
Pemecahan masalah ditandai dengan :
a. Identifikasi
bidang permasalahan yang akan dikerjakan;
b. Penentuan
focus masalah/problem yang akan dipecahkan;
c. Penggunaan
berbagai sumber;
d. Pengumpulan
data menggunakan teknik yang relevan;
e. Analisis
data;
f. Penyimpulan
hasil investigasi.
2.1.4 Karakteristik
Program Pengayaan
Program pengayaan dilakukan ketika peserta didik teridentifikasi
telah melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum. Guru perlu
mengantisipasi dengan menyiapkan program-program atau aktivitas yang sesuai KD
untuk memfasilitasi peserta didik.
Yang melakukan identifikasi, perencanaan dan pelaksanaan
program pengayaan adalah guru kelas. Apabila diperlukan, guru dapat melakukan
kerja sama dengan narasumber (apabila dibutuhkan) dalam melaksanakan program
pengayaan.
Program pengayaan diberikan kepada peserta didik
yang telah melampaui ketuntasan belajar dengan memerlukan waktu lebih sedikit
daripada teman-teman lainnya. Waktu yang masih tersedia dapat dimanfaatkan
peserta didik untuk memperdalam/memperluas atau mengembangkan hingga mencapai
tahapan networking (jejaring) dalam
pendekatan ilmiah (scientific approach).
Guru dapat memfasilitasi peserta didik dengan memberikan berbagai sumber
belajar, antara lain: perpustakaan, majalah atau koran, internet,
narasumber/pakar dan lain-lain (Syarif.2013, p.440)
2.1.5
Pelaksanaan Program Pengayaan
Menurut
Izzati (2015, p.57-58) Bentuk-bentuk pelaksanaan program pengayaan diantaranya
adalah:
1) Menugaskan
siswa membaca materi pokok dalam kompetensi dasar selanjutnya
2) Memfasilitasi
siswa melakukan percobaanpercobaan, soal latihan, menganalisa gambar, dan
sebagainya
3) Memberikan
bahan bacaan untuk didiskusikan guna menambah wawasan para siswa
4) Membantu
guru membimbing teman-temannya yang belum mencapai standar ketuntasan belajar
minimum.
Menurut
Tim Direktorat Pembinaan SMP (2017, p.24-30) Bentuk pelaksanaan pembelajaran
pengayaan dapat dilakukan melalui:
1) Belajar
kelompok, yaitu sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu diberikan
tugas untuk memecahkan permasalahan, membaca di perpustakaan terkait dengan KD
yang dipelajari pada jam pelajaran sekolah atau di luar jam pelajaran sekolah.
Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik berupa pemecahan masalah
nyata. Selain itu, secara kelompok peserta didik dapat diminta untuk
menyelesaikan sebuah proyek atau penelitian ilmiah.
2) Belajar
mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang
diminati, menjadi tutor bagi teman yang membutuhkan. Kegiatan pemecahan masalah
nyata, tugas proyek, ataupun penelitian ilmiah juga dapat dilakukan oleh
peserta didik secara mandiri jika kegiatan tersebut diminati secara individu.
Pendidik
dapat menyelenggarakan penilaian terhadap peserta didik yang mengikuti program
pengayaan. Mekanisme dan pengolahan hasil penilaian dalam program pengayaan
diserahkan kepada pendidik dan atau satuan pendidikan. Pemanfaatan hasil
penilaian dapat digunakan sebagai bagian dari portofolio peserta didik.
Pembelajaran Remedial dan Pengayaan merupakan tindak
lanjut guru terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Proses dan hasil
belajar dapat berupa kesulitan penguasaan peserta didik terhadap satu atau dua
kompetensi dasar, dan tidak bersifat permanen. Jika pada kompetensi inti
pengetahuan dan keterampilan, peserta didik belum mampu menyelesaikan pekerjaan
dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik, maka peserta didik tersebut
tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya (Ibrahim Bafadhal, 2013).
Sebaliknya, mungkin saja kompetensi dasar tersebut
terlalu mudah bagi peserta didik, dan juga tidak bersifat permanen. Untuk iru
setiap setelah ulangan atau mengerjakan tugas, hasil kerja peserta didik
ditentukan, apakah mereka perlu remedial, pengayaan atau tidak perlu perlakuan
khusus.
Ketuntasan belajar harus mengakomodir perbedaan
individual peserta didik. Karena asumsi yang digunakan dalam belajar apapun, hanya
waktu yang dibtuuhkan yang berbeda. Peserta didik yang belajar lambat perlu
waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada
umumnya. Untuk peserta didik yang lamban, diperlukan langkah-langkah dan
pemberian materi serta penanganan yang berbeda dengan peserta didik yang cepat.
2.1.6 Prinsip-Prinsip
Program Pengayaan
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam
mengonsep program pengayaan menurut Khatena (1992) yang dikutip Ibrahim
Bafadhal (2013) adalah:
a)
Inovasi
Guru
perlu menyesuaikan program yang diterapkannya dengan kekhasan peserta didik,
karakteristik kelas serta lingkungan hidup dan budaya peserta didik.
b)
Kegiatan yang
Memperkaya
Dalam
menyusun materi dan mendesain pembelajaran pengayaan, kembangkan dengan
kegiatan yang menyenangkan, membangkitkan minat, merangsang pertanyaan, dan
sumber-sumber yang bervariasi dan memperkaya.
c)
Merencanajan
metodologi yang luas dan metode yang lebih bervariasi
Misalnya dengan
memberikan project, pengembangan
minat dan aktivitas-aktivitas menggugah
(playful). Menerapkan informasi
terbaru, hasil-hasil penelitian atau kemajuan program-program pendidikan
terkini.
Sedangkan Passow (1993) dalam Ibrahim Bafadhal
(2013) menyarankan bahwa dalam merancang program pengayaan, penting untuk
memerhatikan tiga hal:
a)
Keluasan dan
keadalaman dari pendekatan yang digunakan
Pendekatan
dan materi yang diberikan tidak hanya berisi yang luarnya (kulit-kulitnya) saja
tetapi diberikan dengan lebih menyeluruh dan lebih mendalam. Contoh: membahas
mengenai prinsip Phytagoras dan bagaimana penerapan prinsip tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
b)
Tempo dan
kecepatan dalam membawakan program
Sesuaikan
cara pemberian materi dengan tempo dan kecepatan peserta didik dalam menangkap
materi yang diajarkan. Hal ini berkaitan dengan kecepatan daya tangkap yang
dimiliki peserta didik sehingga materi dapat diberikan dengan lebih mendalam
dan lebih dinamis untuk menghindari kebosanan karena peserta didik yang telah
menguasai materi pelajaran yang diberikan dikelas.
c)
Memerhatikan isi
dan tujuan materi yang diberikan
Hal ini
bertujuan agar kurikulum yang dirancang lebih tepat guna dan responsif terhadap
kebutuhan peserta didik. Renzulli (1979) menyatakan bahwa program pengayaan
dirancang dengan lebih memerhatikan keunikan dan kebutuhan individual dari
peserta didik.
2.1.7 Langkah-Langkah
Program Pengayaan
Langkah-langkah dalam program pengayaan tidak
terlalu jauh berbeda dengan program pembelajaran remedial. Diawali dengan
kegiatan identifikasi, kemudian perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Guru
tidak perlu menunggu diperolehnya penilaian autentik terhadap kemampuan peserta
didik. Apabila melalui observasi dalam proses pembelajaran, peserta didik sudah
terindikasi memiliki kemampuan yang lebih dari teman lainnya, bisa ditandai dengan:
penguasaan materi yang cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat. Sehingga
peserta didik seringkali memiliki waktu sisa yang lebih banyak, dikarenakan
cepatnya dia menyelesaikan tugas atau menguasai materi. Disinilah dibutuhkan
kepekaan guru dalam merencanakan dan memutuskan untuk melaksanakan program
pengayaan.
2.2 Konsep Program Remedial
2.2.1 Pengertian Program Remedial
Menurut
Izzati (2015, p.57) Remedial berarti hal-hal yang berhubungan dengan perbaikan.
Program remedial merupakan implikasi dari teori belajar tuntas yang memerlukan
upaya tambahan untuk mengatasi dan membantu siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar. Salah satunya adalah dengan mengadakan program remedial
untuk membantu siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.Program remedial
harus memperhatikan perbedaan latar belakang dan kesulitan yang dihadapi
masing-masing siswa agar perbaikan yang dilakukan bisa lebih optimal
Program
remedial adalah salah satu upaya untuk membantu siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar, berupa kegiatan perbaikan yang mencakup segala bantuan
bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk meningkatkan hasil belajar agar
mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan (Izzati.2015, p.57)
Untuk memahami konsep penyelenggaraan model
pembelajaran remedial, terlebih dahulu perlu diperhatikan
bahwa KTSP yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan
Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis
kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan
perbedaan individual peserta didik. Sistem dimaksud ditandai dengan
dirumuskannya secara jelas SK dan KD yang harus dikuasai
peserta didikJika seorang peserta didik mencapai
standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.
Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum
mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu
lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga
perlu menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan program pembelajaran
remedial (Sumiyati.2010)
Menurut Masbur (2012) Pengajaran remedial (remedial teaching) secara etimologis berasal dari kata remedy (Inggris)
yang artinya menyembuhkan, membetulkan, perbaikan, pengulangan. Sedangkan teaching adalah mengajar, cara mengajar atau mengajarkan.4
Pengajaran remedial secara terminologis adalah suatu kegiatan belajar mengajar
yang bersifat menyembuhkan atau perbaikan ke arah pencapaian hasil yang
diharapkan. Pengajaran remedial adalah suatu layanan pendidikan atau suatu
bentuk program pembelajaran yang dilaksanakan dengan perlakuan khusus yang
diberikan guru pada siswa yang mengalami kesulitan dan hambatan dalam kegiatan
belajar mengajar, sehingga siswa tersebut mencapai standar kompetensi yang
telah ditentukan.
Program
Remedial adalah program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang
belum mencapai kompentensi minimalnya dalam satu kompetensi dasar tertentu.
Metode yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar
belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan tujuan
pembelajarannya pun dirumuskan sesuai dengan kesulitan yang dialami peserta didik.
Pada program pembelajaran remedial, media belajar harus betul-betul disiapkan
guru agar dapat mempermudah peserta didik dalam memahami pelajaran yang dirasa
sulit.Alat evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran remedial pun perlu
disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami peserta didik (Departemen
Pendidikan Nasional.2013, p.7).
Pembelajaran
remedial merupakan kelanjutan dari pembelajaran regular di kelas, perbedaan
hanya terletak pada siswa yang masih memerlukan pembelajaran tambahan. Dengan
pembelajaran remedial, siswa yang lambat dalam belajar akan dibantu dengan
menyiapkan kegiatan belajar dan pengalaman langsung sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan siswa. Di samping itu, perlu dirancang pembelajaran secara individual
untuk membangun konsep dasar, meningkatkan kepercayaan diri, dan menguatkan
efektifitas belajar. Melalui pembelajaran remedial, guru menyiapkan latihan
yang mengembangkan generic skills, meliputi: hubungan antar personal,
komunikasi, pemecahan masalah, mengelola kreatifitas, dan penggunan teknologi
sebagai sumber belajar (Slamet.2015, p.103).
Remedial
merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik yang belum
mencapai KKM dalam satu KD tertentu. Pembelajaran remedial diberikan segera
setelah hasil penilaian dianalisis oleh guru dan hasil tersebut diberikan
padapeserta didik sehinga dapat dipergunakan untuk mengetahui kelemahan dan
kesulitannya. Pembelajaran remedial dilakukan untuk memenuhi kebutuhan/hak
peserta didik. Dalam pembelajaran remedial, pendidik membantu peserta didik
untuk memahami kesulitan belajar yang dihadapi secara mandiri, mengatasi
kesulitan dengan memperbaiki sendiri cara belajar dan sikap belajarnya yang
dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini,
penilaian merupakan assessment as learning (Tim Direktorat Pembinaan SMP.2017,
p.27)
Charles, et all (2014, p.73) When remedial education
is mentioned, names such as “developmental education”, preparatory studies,
academic support programmes, compensatory education, basic skills education,
college preparation, amongst others may come up (Kozeracki, 2002) Defining what
remedial education actually is to a large extent, depends on who is defining it
and where. This is because, research has shown that, remedial education variestremendously
from country to country. Consequently, what goes or should go into remedial
education, the variety of students who take remedial courses as well as the
scope of remedial offerings, is relative (Merisotisand Phipps, 2000; Kozeracki,
2002). Thus the findings and conclusions that can be drawn on remedial
education programmes can also vary. Irrespective of these variations, certain
characteristics are common to all remedial programmes. For instance, the motive
of every remedial school is purposed to build on the “academic stature” of
students who do not meet a certain minimum level of academic proficiency to
complete and succeed in college (Bettinger and Long, 2004).
One may ask, what then is remedial education? To
come up with a workable definition for remedial education, it is expedient to
research into what scholars and researchers have said concerning the subject
matter. Bustillos (2012:37), pointed out that “remedial education in
postsecondary is a course or a sequence of courses for college-admitted
students who, upon taking required placement examinations, are found not to
have the knowledge and skills necessary for success in college-level courses.”
Calcagno and Long, (2008) also defines remedial or developmental education as
coursework below college-level offered at a postsecondary institution.
By “coursework below college-level”, Calcagno and
Long imply any academic endeavor or programme involving teaching and learning
that takes place after secondary education but before college education. Battistin
et.al (2002) views remedial programmes as “a course consisting in extra-class
time offered to low-achieving students in order to improve their performance in
one or more subjects”. Developmental education incorporates human development
theories, is intended to bring together academic and student support services
to assist students in preparing to make choices appropriate to their current
stage in development, and is viewed as being appropriate for all
students”(Kozeracki, 2002:84; Brants and Struyven, undated).
From the above definitions, the following key points
can be noted:
1) It
is a coursework.
2) It
is offered at the postsecondary level.
3) It
is meant to improve students’ academic performance.
4) It
is also meant for underprepared or low-achieving students.
From the above, the following workable definition is
deduced. Remedial education is a coursework that is offered at the
postsecondary level to boost the academic performance of underprepared or
low-achieving students in order to earn them a place in the higher
institutions.
Remedial Education is defined in the Oxford Advanced
Learners Dictionary as ‘connected with school students who are slower at
learning than others’. The remedial teaching can also be defined as ‘ the name
implies, is designed to cater to the needs of children unable to keep pace with
the teaching-learning process in a normal classroom. Remedial teaching will act
as a safety valve for the students who are behind the expected level
ofachievement. It involves diagnosis of specific difficulties, provide suitable
remedial measures and provide support to prevent reoccurring of them again in
future. In one of widely implemented education program called reading recovery
program of Maria Clay in New Zealand, students are tested by observation study
of literacy achievement in text reading, dictation, letter identification,
concepts about print, writing vocabulary, and sight words in beginning and end of
the program (Poongothai.2012, p.3)
2.2.2 Sejarah Singkat Program
Remedial
Charles, et all (2014:74) Remedial education is not
a recent phenomenon. Literature has it that it can be traced back to the 17th
century when Harvard University in America implemented special courses for
freshmen with insufficiencies in writing skills and inadequately prepared
students (Oklahoma State System of Higher Education, 2009). Also, in 1849 the
University of Wisconsin established the first preparatory program for students
with inadequate preparation for college studies (Oklahoma State System of
Higher Education, 2009).
Since the 17th century till date, students demand
for remediation has increased especially in recent decades (Calcagno and Long,
2008). Owing to this, it is essential to probe into the issues that gave birth
to their existence. It can be noted that the two universities mentioned above
undertook remedial programmes due to the under preparedness of their students
for postsecondary education. Literature reviewed on other documents, journals,
research works amongst others, saw the same reason. For instance, Brants and
Struyven (undated), in their research came up that one of the numerous reasons
why European universities are adopting remedial strategies are the transitional
problems students face when entering the tertiary institutions. Kozeracki
(2002) implied in his research that students required enrolling in
developmental reading and writing courses are those who are said not to have
met the literacy standards of the university in which they have been
registered. Many more researchers and scholars, have also shared the opinions of
the above researchers that the basis for remedial education is to provide extra
academic tuition to students who have academic deficiencies in certain courses
and hence qualifies them as underprepared for college or university education
(Calcagno and Long, 2008; Bettinger and Long, 2004).
2.2.3 Manfaat Program Remedial
Charles et all (2014:76) By helping students to
strengthen their basic academic skills, like the ability to read, write,
analyze, interpret, and communicate, students’ opportunities for success at the
labour market are significantly expanded (Brants and Struyven, undated). Aside
the traditional students who enter, non-traditional students as in Ghana would
be called the “mature” students, enroll in remedial schools to gain skills
needed for a better job on the labour market (Breneman, et al., 1998).
2.2.4 Karakteristik Program
Remedial
Menurut Sumiyati
(2010) Berdasarkan
teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika
ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau
mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran.
Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai
minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas
tersebut. Sekolah perlu memberikan perlakuan khusus terhadap peserta didik yang
mendapat kesulitan belajar
melalui kegiatan remedial. Peserta didik
cemerlang diberikan kesempatan untuk tetap mempertahankan kecepatan belajarnya
melalui kegiatan pengayaan. Kedua program itu diberlakukan oleh sekolah karena
lebih mengetahui dan memahami kemajuan belajar
setiap peserta didik (Mulyasa.2008, p.151).
Charles et all (2014:76) said that There are six
categories of students usually in need of remedial education (Hardin 1988 cited
in Melton, 2008:18). They are:
1) Those
with poor academic prospects due to bad decision-making in the past,
2) Adult
students who return to school with additional responsibilities beyond what the
typical college student experiences,
3) The
students whose academic weaknesses were not attended to but rather ignored in
previous educational settings
4) Students
with disabilities,
5) Those
who struggle with the English language,
6) Those
with weak academic commitments.
Charles et all,
(2014:79-80) said that There are many things that will support the success of
remedial:
1)
Teacher-Students
Relationship
The
study revealed that the teachers are easily approachable as 54 percent of the
respondents affirmed to this statement. In their opinion, the teachers make time
for them anytime a student approached them for more clarification or for a
personal advice. A positive teacher-student relationship plays an important
role in students’ performance. Unlike the secondary school students who spend
about 40 hours a week with teachers, remediated students spend just about
23hours a week with teachers. Thus, they seize the little time available to
seek for help from their teachers and they receive the needed attention.
Additionally, teachers interviewed said that their wish is to see all the
students pass their examinations. Therefore, no matter the help students need,
they are ready to deliver. Thus they see teaching, not as a profession but
servitude to students and to the nation at large. This positive
teacher-students relationship that exists in remedial schools must be
encouraged in all schools.
2)
Teacher-Staff
Relationship
Remedial
schools maintain the open door policy in their operations. This policy allows
teachers to approach the staff or proprietors of the schools, should they face
any situation. Interview with the management body revealed that, the only way
to maintain teachers and to boost their morale is to have a very cordial
relationship with them. He added that, there is competition among remedial
schools since they all claim to be the best. Thus, if the school loses the good
teachers they have to other schools, enrolment during the next academic year
will be low. Since most parents consider the school’s performance in external
examination as their major reason for their wards’ enrolment. Teachers
interviewed also confirmed that, indeed they have a good relationship with the
management body of the schools they teach in. The open door policy serves as an
impetus to boost the delivery of teachers in class. This should be encouraged
in all schools.
3) Better Class Schedules
Although
remedial schools open in the evening during the hours of 4pm to 7pm to
students, it in anyway does not inconvenient the students or teachers. This is
because the schools have separate teachers for the remedial section, however
just a few of them teach the regular students. Thus, the issue to teachers
getting exhausted during that time does not become a factor when assessing
remedial schools’ performance. In other words, the time class schedules do not
limit the teachers’ ability to deliver in class. On the part of the students
also, due to their composition, it gives them the chance to engage in other
productive activities during the day as well as enables them to study during
the evenings.
4) Teacher Motivation
Teachers
receive in addition to their salaries, bonuses such as accommodation or
accommodation allowances, transport allowances, free lunch among others. All
these are ways the management bodies of the schools adopt to realize the
maximum output from teachers. Additionally, teachers interviewed stated that
despite their attractive salaries, their greatest motivation is the service
they are rendering to the society and to the students especially. This is
because, the students success though sometimes depends on the individuals
themselves, it largely depends on what the teacher give out.
5)
Supervision
It
is a known assertion that there is proper supervision and management in private
sectors. This is because of the profit-making motives of these private
investors. As a result, the management body of the schools closely monitors
their teachers. Due to competition among the schools, the management of the
schools makes sure teachers in no way shirk their responsibilities. Thus
measures such as the use of attendance records, periodic assessment of teachers
by students and staff, laid down rules and regulations for teachers are all
ways used to check that teachers render their services as expected.
Consequently, teachers in these schools are compelled to attend class and teach
during their periods.
6)
Teaching Aids
Without
teaching aids or facilities, teaching becomes difficult and appreciation of
what is being taught diminishes. Thus remedial schools are provided with
textbooks, computers, library, study charts, boxes of chalk and markers, just
to mention a few. All these make it easier for both teachers and students to
give out their best performance. However, these are not adequate as disclosed
by the study. Therefore measures are being put in place to ensure its adequacy.
7) Improved ways or methods of teaching
Due
to the caliber of teachers employed in these schools with 54.5 percent holding
a first degree certificate, they use modern methods of teaching. For instance,
teachers adopted class presentation, group discussions, the use of pictorial
charts and diagrams etc. to facilitate the learning process of students. These
helps students to appreciate what is being taught and also prepares them for
post-secondary education as these methods are predominant in these
institutions.
8)
Seriousness of
Students
Despite
the lackadaisical attitude of few students in the schools, most of the students
take their classes seriously. Having not been able to make it to the tertiary
level on their first or so attempt, students see the importance of taking their
classwork serious when they enter the remedial schools. Aside the classroom
work, the staff makes sure that discipline of students and their moral
standards are not compromised. It is therefore not surprising that the schools
interviewed boost of having about 80 percent of their graduates excel in the
external examination and continuing their education.
Menurut Slamet (2015, p.103) Di samping itu, latihan
yang diberikan guru juga membantu siswa untuk belajar sepanjang hayat
(life-long learning), membantu mengembangkan sikap positif, dan pengembangan
nilai-nilai untuk bekal belajar selanjutnya dan pengembangan karir. Siswa yang
harus dimasukkan ke dalam kelompok pembelajaran remedial biasanya mengalami
kesulitan dalam hal, sebagai berikut:
1) Kemampuan
mengingat relative kurang
2) Perhatian
yang sangat kurang dan mudah terganggu dengan sesuatu yang lain di sekitarnya
pada saat belajar
3) Relatif
lemah dalam memahami secara menyeluruh.
4) Lemah
dalam memecahkan masalah
5) Sering
gagal dalam menyimak suatu gagasan dari sumber informasi
6) Mengalami
kesulitan dalam memahami suatu konsep yang abstrak.
7) Gagal
menghubungkan suatu konsep dengan konssep lainnya yang relevan
8) Memerlukan
waktu relatif lebih lama dalam menyelesaikan tugas.
2.2.5 Tujuan
dan Fungsi
Program Remedial
Tujuan pengajaran remedial menurut Abu Ahmadi
dan Widodo Supriono secara umum tidak berbeda dengan pengajaran
dalam rangka mencapai tujuan belajar
yang telah ditetapkan. Secara khusus pengajaran perbaikan bertujuan agar siswa
yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang
diharapkan melalui proses perbaikan.8 Tujuan pembelajaran remedial adalah untuk
membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan memperbaiki prestasi
belajarnya.
Adapun fungsi pengajaran remedial antara lain:
a.
Fungsi
korektif
Fungsi korektif adalah dapat dilakukan pembetulan atau perbaikan
terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa yang
diharapkan dalam proses pembelajaran.9
Sebelum proses belajar mengajar dimulai, guru membuat perencanaan pembelajaran agar memperoleh hasil
yang diharapkan. Dengan demikian, guru dapat mengetahui perbedaan individual
siswa dan kesulitan belajar siswa tersebut.
b.
Fungsi
pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu memungkinkan guru, siswa dan pihak lain dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap
pribadi siswa.10 Kepribadian siswa
sangat mempengaruhi hasil belajarnya. Oleh karena itu, guru atau pihak lain
dapat memahami kepribadian pada diri siswa atau perbedaan pada masing-masing
siswa.
c.
Fungsi
penyesuaian
Fungsi penyesuaian yaitu pengajaran remedial dapat membentuk siswa untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga
peluang untuk mencapai hasil lebih baik lebih besar. Tuntutan disesuaikan
dengan jenis, sifat, dan latar belakang kesulitan sehingga termotivasi untuk
belajar. Adapun pelaksanaan program ini dapat dilakukan secara relevan dengan
tingkat yang dimiliki siswa dikarenakan faktor individual siswa dalam memahami
suatu bidang studi. Maka fungsi penyesuaian ini memungkinkan individual siswa
dengan karakter tertentu dapat termotivasi untuk belajar.
d.
Fungsi
pengayaan
Fungsi pengayaan yaitu dapat memperkaya proses belajar mengajar. Pengayaan dapat melalui atau terletak dalam segi
metode yang dipergunakan dalam pengajaran remedial sehingga hasil yang
diperoleh lebih banyak, lebih dalam atau
dengan singkat prestasi belajarnya lebih kaya. Adanya daya dukung fasilitas teknis, serta sarana penunjang yang
diperlukan. Sasaran pokok fungsi ini
ialah agar hasil remedial itu lebih sempurna dengan diadakannya
pengayaan.11 Semakin banyak hasil belajar yang diperoleh dan semakin dalam ilmu
yang didapat, maka prestasi belajarnya pun semakin meningkat.
e.
Fungsi
terapetik
Fungsi terapetik yaitu secara langsung ataupun tidak, pengajaran
perbaikan dapat memperbaiki atau menyembuhkan kondisi
kepribadian yang menyimpang. Penyembuhan ini dapat menunjang penyampaian
prestasi belajar dan pencapaian prestasi yang baik dapat mempengaruhi pribadi.
2.2.6
Prinsip-Prinsip Program
Remedial
Beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan
sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:
1) Adaptif
Pembelajaran
remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan daya
tangkap, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing.
2) Interaktif
Pembelajaran
remedial hendaknya melibatkan keaktifan guru untuk secara intensif berinteraksi
dengan peserta didik dan selalu memberikan monitoring dan pengawasan agar
mengetahui kemajuan belajar peserta didiknya.
3) Fleksibilitas
dalam metode pembelajaran dan penilaian
Pembelajaran remedial
perlu menggunakan berbagai metode pembelajaran dan metode penilaian yang sesuai
dengan karakteristik peserta didik.
4) Pemberian
umpan balik sesegera mungkin
Umpan balik berupa
informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya
perlu diberikan sesegera mungkin agar dapat menghindari kekeliruan belajar
yang berlarut-larut.
5) Pelayanan
sepanjang waktu
Pembelajaran remedial
harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta
didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
2.2.7 Langkah-Langkah Program
Remedial
Menurut
Departemen Pendidikan Nasional (2013, p.7-12) ada beberapa langkah-langkah dalam
pelaksanaan pembelajaran remedial, yaitu sebagai berikut:
1) Identifikasi
Permasalahan Pembelajaran
Penting untuk memahami bahwa “tidak ada
dua individu yang persis sama di dunia ini”, begitu juga penting untuk memahami
bahwa peserta didik pun memiliki beragam variasi baik kemampuan, kepribadian,
tipe dan gaya belajar maupun latar belakang sosial-budaya. Oleh karenanya guru
perlu melakukan identifikasi terhadap keseluruhan permasalahan pembelajaran.
Secara
umum identifikasi awal bisa dilakukan melalui :
ü Observasi
(selama proses pembelajaran)
ü Penilaian
otentik (bisa melalui tes/ulangan harian atau penilaian proses) Permasalahan
pembelajaran bisa dikategorikan ke dalam 3 fokus perhatian
2) Permasalahan pada keunikan peserta didik
Keberagaman individu dapat membedakan
hasil belajar dan permasalahan belajar pada peserta didik.Ada peserta didik
yang cenderung lebih aktif dan senang praktik secara langsung, ada yang
cenderung mengamati, ada yang lebih tenang dan suka membaca. Di kelas, guru
juga perlu memiliki wawasan lebih menyeluruh mengenai latar belakang keluarga
dan sosial budaya.Peserta didik yang dibesarkan dalam keluarga pedagang, tentu
memiliki keterampilan berbeda dengan keluarga petani atau nelayan.
a. Keadaan
Peserta Didik
Peserta didik yang berasal dari keluarga yang
terpecah mungkin berbeda dengan peserta didik yang berasal dari keluarga
harmonis dan mendukung kegiatan belajar.
b. Permasalahan
pada Materi Ajar
Rancangan pembelajaran telah disiapkan dalam buku
guru dan buku siswa.Pada praktiknya, tidak semua yang disajikan dalam materi
ajar, sesuai dengan kompetensi peserta didik.Guru bisa sajamenemukan bahwa
materi ajar (KD) yang disajikan dalam buku terlalu tinggi bagi peserta didik
tertentu. Oleh karena itu perlu
disiapkan berbagai alternatif contoh aktivitas pembelajaran yang bisa digunakan
guru untuk mengatasai permasalahan pembelajaran ini. (contoh dan alternatif
aktivitas untuk siswa yang merasa kesulitan terhadap materi ajar, bisa dilihat dalam buku “Panduan Teknis Penggunaan
Buku Guru dan Siswa)
c. Permasalahan
pada Strategi Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya tidak
hanya terpaku pada satu strategi atau metode pembelajaran saja. Dikarenakan tipe dan gaya belajar peserta
didik sangat bervariasi termasuk juga minat dan bakatnya, maka guru perlu
mengidentifikasi apakah kesulitan peserta didik dalam menguasai materi
disebabkan oleh strategi atau metode belajar yang kurang sesuai.
3) Perencanaan
Setelah
melakukan identifikasi awal terhadap permasalahan belajar anak, guru telah
memperoleh pengetahuan yang utuh tentang peserta didik dan mulai untuk membuat
perencanaan.
Dengan
melihat bentuk kebutuhan dan tingkat kesulitan yang dialami peserta didik, guru
bisa merencanakan kapan waktu dan cara yang tepat untuk melakukan pembelajaran
remedial. Pada prinsipnya pembelajaran
bisa dilakukan :
a. Segera
setelah guru mengidentifikasi kesulitan peserta didik dalam proses pembelajaran
b. Menetapkan
waktu khusus di luar jam belajar efektif.
Dalam perencanaaan guru
perlu menyiapkan hal-hal yang mungkin diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran
remedial, seperti :
a.
Menyiapkan Media Pembelajaran
b.
Menyiapkan contoh-contoh dan alternatif aktifitas
c.
Menyiapkan materi-materi dan alat pendukung
4) Pelaksanaan
Setelah
perencanaan disusun, langkah selanjutnya adalah melaksanakan program pembelajaran
remedial. Ada 3 fokus penekanan :
1. Penekanan
pada keunikan peserta didik
2. Penekanan
pada alternative contoh dan aktivitas terkait materi ajar
3. Penekanan
pada strategi/metode pembelajaran
5) Penilaian
Otentik
Penilaian
otentik dilakukan setelah pemebalajaran remedial selesai dilaksanakan.
Berdasarkan hasil penilaian, bila peserta didik belum mencapai kompetensi
minimal (tujuan) yang ditetapkan guru, maka guru perlu meninjau kembali
strategi pembelajaran remedial yang diterapkannya atau melakukan identifikasi
(analisa kebutuhan) terhadap peserta didik dengan lebih seksama. Apabila
peserta didik berhasil mencapai atau melampaui tujuan yang ditetapkan, guru
berhasil memberikan pembelajaran yang kaya dan bermakna bagi peserta didik, hal
ini bisa dipertahankan sebagai bahan rujukan bagi rekan guru lainnya atau bisa
lebih diperkaya lagi. Apabila ternyata ditemukan kasus khusus di luar
kompetensi guru, guru dapat menkonsultasikan dengan orang tua untuk selanjutnya
dilakukan konsultasi dengan ahli.
2.2.8 Teknik Program Remedial
Teknik
pembelajaran remedial bisa diberikan secara individual maupun secara
berkelompok (bila terdapat beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan pada
KD yang sama). Beberapa metode pembelajaran
yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial yaitu :
pembelajaran individual, pemberian tugas, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok,
dan tutor sebaya. Aktivitas guru dalam pembelajaran remedial, antara lain :
memberikan tambahan penjelasan atau contoh, menggunakan strategi pembelajaran
yang berbeda dengan sebelumnya, mengkaji ulang pembelajaran yang lalu,
menggunakan berbagai jenis media.Setelah peserta didik mendapatkan perbaikan
pembelajaran,ia perlu menempuh penilaian, untuk mengetahui apakah peserta didik
sudah menguasai kompetensi dasar yang diharapkan (Departemen Pendidikan
Nasional. 2013, p.7-12)
2.2.9 Pelaksanaan Program Remedial
Menurut
Tim Direktorat Pembinaan SMP (2017, p.30) Pelaksanaan pembelajaran remedial
disesuaikan dengan jenis dan tingkat kesulitan peserta didik yang dapat
dilakukan dengan cara:
1. Pemberian
bimbingan secara individu. Hal ini dilakukan apabila ada beberapa anak yang
mengalami kesulitan yang berbedabeda, sehingga memerlukan bimbingan secara
individual. Bimbingan yang diberikan disesuaikan dengan tingkat kesulitan yang
dialami oleh peserta didik.
2. Pemberian
bimbingan secara kelompok. Hal ini dilakukan apabila dalam pembelajaran
klasikal ada beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan sama.
3. Pemberian
pembelajaram ulang dengan metode dan media yang berbeda. pembelajaran ulang
dilakukan apabila semua peserta didik mengalami kesulitan dengan cara
penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, pemberian tes atau pertanyaan
yang menarik secara lisan maupun tulisan.
4. Pemanfaatan
utor sebaya, yaitu peserta didik dibantu oleh teman sekelas yang telah mencapai
KKM, baik secara individu maupun kelompok.
Pembelajaran
remedial diakhiri dengan penilaian untuk melihat pencapaian peserta didik pada
KD yang diremedial. Pembelajaran remedial pada dasarnya difokuskan pada KD yang
belum tuntas dan dapat diberikan berulangulang sam pai mencapai KKM dengan
waktu hingga batas akhir semester. Apabila hingga akhir semester pembelajaran
remedial belum bisa membantu peserta didik mencapai KKM, pembelajaran remedial
bagi peserta didik tersebut dapat dihentikan. Pen didik tidak boleh memaksakan
untuk memberi nilai tuntas (sesuai KKM) kepada peserta didik yang belum
mencapai KKM.
Pemberian
nilai KD bagi peserta didik yang mengikuti pembelajaran remedial yang
dimasukkan sebagai hasil penilaian harian (PH), dapat dipilih beberapa
alternatif berikut.
a) Alternatif
1
Peserta
didik diberi nilai sesuai capaian yang diperoleh peserta didik setelah
mengikuti remedial. Misalkan, suatu matapelajaran (IPA) memiliki KKM sebesar
64. Seorang peserta didik, Andi memperoleh nilai PH1 (KD 3.1) sebesar50.
Karena Andi belum mencapai KKM, maka Andi mengikuti remedial untuk KD 3.1.
Setelah Andi mengikuti remedial dan diakhiri dengan penilaian, Andi memperoleh
hasil penilaian sebesar 80. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka nilai PH1 (KD
3.1) yang diperoleh Andi adalah sebesar 80.
Keuntungan
menggunakan ketentuan ini:
1. Meningkatkan
motivasi peserta didik selama mengikuti pembelajaran re-medial karena peserta
didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh nilai yang maksimal.
2. Ketentuan
tersebut sesuai dengan prinsip belajar tuntas (mastery learning).
Kelemahan
menggunakan ketentuan ini:
Peserta
didik yang telah tuntas (misalnya, Wati dengan nilai 75) dan nilainya dilampaui
oleh peserta didik yang mengikuti remedial (misalnya, Andi dengan nilai 80),
kemungkinan Wati mempunyai perasaan diperlakukan “tidak adil” oleh pendidik.
Oleh karena itu, pendidik disarankan memberikan kesempatan yang sama pada
peserta didik yang telah mencapai KKM untuk memperoleh nilai yang maksimal.
b) Alternatif
2
Peserta
didik diberi nilai dengan cara meratarata antara nilai capaian awal (sebelum
mengikuti remedial) dan capaian akhir (setelah mengikuti remedial), dengan
ketentuan, apabila nilai ratarata lebih dari KKM, maka nilai akhirnya adalah
nilai ratarata tersebut; sedangkan jika nilai ratarata kurang dari KKM, maka
nilai akhirnya adalah sebesar nilai KKM.
Contoh:
1. Badar
memperoleh nilai awal 60. Nilai KKM 64. Setelah remedial Badar memperoleh nilai
90. Ratarata nilai awal dan remedial sebesar 75 (melebihi KKM), maka Badar
memperoleh nilai akhir 75.
2. Badar
memperoleh nilai awal 50. Nilai KKM 64. Setelah remedial Badar memperoleh nilai
70. Ratarata nilai awal dan remedial sebesar 60 (di bawah KKM), maka Badar
memperoleh nilai akhir sebesar KKM yaitu 64.
Alternatif
2 ini sebagai upaya untuk mengatasi kelemahan Alternatif 1, meskipun Alternatif
2 ini tidak memiliki dasar teori, namun lebih mengedepankan faktor kebijakan
pendidik. Upaya lain, untuk mengatasi kelemahan Alternatif 1, yaitu dengan
memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik untuk mengikuti tes,
namun dengan catatan perlu diinformasikan kepada peserta didik bahwa
konsekuensi nilai yang akan diambil adalah nilai hasil tes tersebut atau nilai
terakhir.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peserta didik memiliki kemampuan dan
karakteristik yamg berbeda-beda. Sesuai dengan kemampuan dan karakteristik yang
berbeda-beda tersebut maka permasalahan yang dihadapi pesrta didik berbeda-beda
pula. Dalam melaksanakan pembelajaran, seorang pendidik perlu tanggap terhadap
kesulitan yang dihadapi maupun kelebihan yang dimiliki peserta didik.
Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak
mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan, maka sekolah melakukan
suatu tindakan yaitu pemberian program pembelajaran remedial atau perbaikan. Jika ada peserta didik yang lebih
mudah dan cepat mencapai penguasaan kompetensi minimal yang ditetapkan, maka
sekolah perlu memberikan perlakuan khusus berupa program pembelajaran
pengayaan.
Remedial diperlukan bagi peserta didik yang
belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas latar
belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
Pembelajaran pengayaan merupakan
pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran
baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka
dapat mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya.
3.2 Saran
Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal
dibutuhkan seorang guru yang mengerti dan tahu kesulitan belajar siswa dapat
mempersiapkan strategi yang lebih baik lagi dalam mengajar serta partisipasi
siswa demi kebaikan siswa agar tidak ada gagal dalam pembelajaran memperoleh
nilai yang maksimal.
Penulisan menyadari bahwa penulisan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, kedepanya penulis akan lebih fokus dan detail
dalam menjelaskan tentang makalah yang kami lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Charles,
et all. 2014. The Role of Remedial Schools in the Development of Education in Ghana.
Kwame Nkrumah University of Science and Technology: Kumasi
Departemen Pendidikan Nasional. 2015. Panduan Penilaian Oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan untuk Sekolah Menengah Pertama.Jakarta:Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Panduan Teknik Pembelajaran Remedial dan
Pengayaan di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.
Masbur, 2012. Remedial
Teaching Sebagai Suatu Solusi: Suatu Analisis Teoritis. Jurnal Ilmiah Didaktika. Vol. XII (No.
2), 348-367
Nurma, Izzati. 2015. Pengaruh
Penerapan Program Remedial Dan Pengayaan Melalui Pembelajaran Tutor Sebaya
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Eduma Vol.4 No.1.
Poongothai, et all. 2012. The
Impact Of Remedial Teaching On Improving The Competencies Of Low Achievers.
Faculty of Business Studiesof the University of Jaffna: SriLanka.
Tim Direktorat Pembinaan SMP.2017. Panduan
Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama.
Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
Sumiyati, 2010. Implementasi KTSP Dalam
Pembelajaran IPA SMP.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010
Slamet. 2015. Pembelajaran
Remedial Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas
VI SDN Genengan 2 Pada Pembelajaran Matematika “FPB dan KPK”).
An-Nuha Vol. 2, No.1.
Syarif, Mohammad. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di
Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: Rajawali Press.
Komentar
Posting Komentar